AS Tawarkan Hadiah Rp159 Miliar bagi Peretas China


Amerika Serikat menawarkan hadiah US$10 juta (sekitar Rp150 miliar) pada Selasa (10/12/2024) untuk informasi yang mengarah pada penangkapan seorang pria China dan rekan konspirator yang dicari karena meretas firewall komputer.

Menurut Departemen Luar Negeri AS, pria tersebut Guan Tianfeng, 30, diyakini tinggal di Provinsi Sichuan, China. Dakwaan terhadap Guan yakni konspirasi melakukan penipuan online.

Departemen Keuangan AS mengatakan telah menjatuhkan sanksi pada perusahaan tempat Guan bekerja, Sichuan Silence Information Technology. Menurut dakwaan, Guan dan rekan konspiratornya di Sichuan Silence diduga memanfaatkan kerentanan pada firewall yang dijual perusahaan keamanan siber Sophos yang berkantor pusat di Inggris.

“Terdakwa dan rekan konspiratornya mengeksploitasi kerentanan pada puluhan ribu perangkat keamanan jaringan, menginfeksinya dengan malware yang dirancang untuk mencuri informasi dari korban di seluruh dunia,” kata Wakil Jaksa Agung AS Lisa Monaco dalam sebuah pernyataan.

Sekitar 81.000 perangkat firewall diserang secara bersamaan di seluruh dunia pada April 2020, kata dakwaan tersebut, dengan tujuan mencuri data, termasuk nama pengguna dan kata sandi, sambil juga mencoba menginfeksi komputer dengan ransomware.

Departemen Keuangan mengungkapkan, lebih dari 23.000 firewall berada di Amerika Serikat, 36 di antaranya melindungi sistem perusahaan infrastruktur penting. “Kerentanan zero-day yang ditemukan Guan Tianfeng dan rekan-rekan konspiratornya telah mengeksploitasi firewall yang dimiliki sejumlah bisnis di seluruh Amerika Serikat,” kata agen Biro Investigasi Federal Herbert Stapleton.

“Jika Sophos tidak segera mengidentifikasi kerentanan dan menerapkan respons yang komprehensif, kerusakannya bisa jauh lebih parah.”

Menurut dakwaan, Sichuan Silence menjual layanannya dan data yang diperolehnya melalui peretasan ke sejumlah bisnis China dan lembaga pemerintah, termasuk Kementerian Keamanan Publik.

Seorang pria yang menjawab panggilan ke nomor telepon yang terdaftar di Sichuan Silence mengatakan perusahaan tersebut “tidak menerima wawancara” dan menolak mengomentari sanksi tersebut. Pria itu, yang tidak menyebutkan identitasnya ketika ditanya AFP, juga mengatakan Guan “tidak bisa dihubungi”.