Anggota Komisi IX DPR dari Fraksi PDIP Rahmad Handoyo mengaku tak terkejut, bila Indonesia mendapat ranking ke-61 di bidang pendidikan dan kesehatan. Ia menyebut, tak terpenuhinya asas keadilan dalam kebijakan adalah dalang dari torehan buruh ini, contohnya belum meratasnya akses kesehatan.
Ia menyatakan akses dan fasilitas kesehatan saat ini, masih banyak terfokus pada Pulau Jawa, Bali, dan kota-kota besar di luar Pulau Jawa. Begitu juga infrasktruktur yang ada di daerah tertinggal, masih perlu menjadi perhatian pemerintah.
“Misalnya pelayanan dokter spesialis hanya terpaku pada Pulau Jawa dan Bali, terutama kota-kota besar di luar Pulau Jawa, ini kan fakta. Kemudian juga infrastruktur daerah-daerah tertinggal juga masih perlu menjadi perhatian, sudahkah itu menjadi keadilan bagi rakyat kita yang jauh dari kota-kota besar?” ujar Rahmad kepada Inilah.com saat dihubungi di Jakarta, Jumat (12/7/2024).
Belum lagi, lanjut dia, banyak warga yang mengalami penyakit yang harus segera mengambil tindakan, tetapi karena tidak ada alat kesehatan yang mumpuni, lalu tak ada dokter spesialis akhirnya nyawa menjadi taruhannya. “Ini adalah fakta-fakta yang selama ini kita hadapi dan itu pantas ketika disurvei hasilnya masih seperti ini, belum sesuai harapan kita,” ucap dia.
Padahal, kata Rahmad, tujuan bernegara adalah mewujudkan kesejahteraan umum yang tentu beririsan dengan bagaimana merealisasikan kesehatan dan pendidikan. “Ketika itu belum, saya kira juga harus menjadi perhatian kita bersama. Dan ini amanat konstitusi kita. Untuk itu saya kira khusus di bidang kesehatan, memang itu menjadi PR kita bersama,” tutur Rahmad.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyoroti ranking Indonesia yang jauh tertinggal dalam sektor pendidikan dan kesehatan, bila mengacu data Institute for Management Development (IMD) World Competitiveness. Padahal, secara keseluruhan level daya saing Indonesia dengan negara lain meningkat ke peringkat ke-27 dari semula 34.
“Sayangnya dari sisi daya saing, kita meskipun naik sampai 7 level sangat bagus sekali. Tapi untuk pendidikan dan kesehatan masih di ranking 57, 58,” kata Jokowi dalam video yang diunggah kanal YouTube Sekretariat Presiden, dikutip Jumat (12/7/2024).
Berdasarkan data IMD, pada sektor kesehatan dan pendidikan, Indonesia menempati ranking ke-61. Peringkat ini tentu masih tertinggal jauh jika dibandingkan dengan Malaysia, yang berada di peringkat ke-42 dan Singapura di peringkat ke-28.
Oleh karena itu, Jokowi menegaskan sebaik apapun infrastruktur disediakan, maka Indonesia tetap tak dapat melampaui negara tetangga, karena faktor SDM. “Infrastruktur sebaik apapun kalau SDM tidak baik, jelek, nanti di ranking kelihatan,” ujar dia.