Asdamindo Minta Produsen Galon Sekali Pakai Buktikan Iklan Sudutkan Galon Polikarbonat


Asosiasi Depot Air Minum (Asdamindo) meminta produsen air minum galon sekali pakai (GSP) yang terkesan memojokkan galon Polikarbonat (PC) lewat iklannya agar membuktikan kebenaran dari iklan tersebut.  

Iklan itu, kata Ketua Umum Asdamindo, Erik Garnadi  menggambarkan adanya ketakutan dari produsen dalam segi penjualan dengan pelaku usaha yang tergabung dalam Asdamindo. 

“Kita ingin buktinya di mana tempatnya yang bisa seperti itu, galonnya dimasuki kecoak. Ilustrasi yang dibuat dalam iklan itu sangat menghina dan menyudutkan kita para pelaku usaha depot air minum yang sangat tergantung pada galon Polikarbonat,” ujar Erik di Jakarta, Selasa (13/8/2024). 
 
Dia menilai, iklan yang dibuat produsen GSP itu hanya memberikan gambaran bahwa mereka sebenarnya ketakutan kalah bersaing dari segi penjualan dengan para pengusaha depot air minum. “Dengan adanya iklan tersebut, kita melihat jelas sepertinya mereka pada ketakutan dan kalah dalam segi penjualan oleh UMKM yaitu depot air minum,” tukasnya.
 
Terkait kebersihan dan kesehatan galon, Erik malah mengkritisi produsen GSP yang tidak mengawasi penggunaan galonnya yang sering digunakan masyarakat saat membeli air minum isi ulang di depot-depot.

“Itu kan membuktikan galon sekali pakai pun masih banyak yang tidak ditarik dan malah diisi ulang di tempat pengisian depot air minum. Saya kira itu jauh lebih berbahaya bagi kesehatan masyarakat konsumen,” ucapnya. 
 
Seharusnya, kata Erik, di antara para pelaku usaha air minum itu melakukan persaingan secara sehat saja dan  jangan saling menyudutkan. “Seharusnya saling membantu terkait pelaksanaan dan pengawasannya. Kalau ada yang tidak berkenan lebih baik duduk bersama dan jangan mendiskriminatifkan produk yang lain seperti yang dilakukan GSP itu,” katanya.
 
Salah satu pelaku usaha depot air minum Willy Chandra menilai iklan produsen GSP itu sangat mendiskreditkan para pelaku usaha yang menggunakan galon Polikarbonat. “Cara promosinya terkesan tidak memiliki etika berbisnis yang sehat. Tapi, masyarakat kita kan tidak bodoh, pasti bisa menilai bahwa iklan itu hanya untuk persaingan usaha saja,” tuturnya. 
 
Willy melihat apa yang dilakukan produsen GSP dengan iklannya itu hanya wujud dari keserakahan bisnis yang menghalalkan segala cara. “Masyarakat pasti tahulah bahwa itu hanya untuk mendiskreditkan pelaku usaha yang lain,” tandasnya.