Hangout

Badan Obat Eropa Rekomendasikan Dua Obat Ini untuk Cegah COVID-19

Untuk meredam lonjakan kasus COVID-19, Badan Pengawas Obat Eropa (EMA) merekomendasikan dua obat antibodi COVID-19. Apa saja?

Obat yang pertama adalah buatan Regeneron-Roche asal Amerika-Swiss, dan Celltrion asal Korea Selatan. Kedua obat ini dianggap mujarab untuk pertahanan dari gempuran Corona.

Restu Komisi Eropa ini, merupakan yang pertama untuk pengobatan COVID-19 di benua biru, setelah remdesivir produksi Gilead yang disetujui pada tahun lalu.

Dikutip dari Reuters pada awal pekan ini, EMA segera mengesahkan kedua obat tersebut. Ronapreve, koktail atau campuran obat antibodi buatan Regeneron-Roche, didukung komisi obat-obatan manusia EMA untuk mengobati pasien COVID-19 untuk dewasa dan anak-anak di atas 12 tahun. Dengan catatan, penderitanya tidak membutuhkan bantuan oksigen dan berisiko tinggi terkena penyakit parah.

Selain itu, Ronapreve dapat digunakan untuk mencegah COVID-19 pada orang yang umurnya di atas 12 tahun dengan bobot minimal 40 kilogram, menurut EMA.

Sedangkan, Regkirona produksi Celltrion hanya direkomendasikan untuk orang dewasa dengan kondisi serupa. Kedua obat tersebut masuk ke dalam kategori kelas obat yang disebut antibodi monoklonal, yang menyerupai antibodi alami yang dihasilkan oleh tubuh manusia untuk melawan infeksi.

Selagi proses persetujuan berlangsung, kedua obat tersebut sudah tersedia untuk sejumlah pasien di Uni Eropa saat EMA membantu negara-negara anggota dalam penggunaan awal di beberapa kasus.

Koktail antibodi Regeneron mengantongi izin darurat di Amerika Serikat tahun lalu dan pada Agustus mendapatkan izin edar bersyarat di Inggris. Pihak Uni Eropa tidak memiliki kontrak pasokan dengan Celltrion, yang obat antibodinya sejauh ini hanya disetujui di Korea Selatan.

Rekomendasi pada Kamis muncul setelah Eli Lilly pekan lalu mencabut permohonan izin atas obat antibodinya di Uni Eropa, lantaran rendahnya permintaan dari negara-negara anggota EU saat blok tersebut berfokus pada pemasok lain.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Iwan Purwantono

Mati dengan kenangan, bukan mimpi
Back to top button