Market

Bahlil Bujuk Investor Global Bangun Hilirisasi Rp8,23 Kuadriliun di RI

Investor global diundang untuk ikut membangun hilirisasi di Indonesia. Kebijakan ini sudah berjalan dan direncanakan nilai investasinya hingga tahun 2035 mencapai 545,3 miliar dolar AS atau setara Rp8,23 kuadriliun alias Rp8,23 ribu triliun mengacu pada kurs rupiah 15.093 per dolar AS.

Para investor global itu mendapat undangan dari Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia saat membuka panel diskusi di Paviliun Indonesia yang digelar selama World Economic Forum (WEF) 2023 di Davos, Swiss, Rabu (18/1/2023).

Bahlil menegaskan, pemerintah Indonesia fokus pada penciptaan nilai tambah melalui hilirisasi yang berorientasi pada energi dan industri hijau.

“Indonesia akan menjadi satu-satunya negara di Asia Tenggara yang fokus menjalankan proses nilai tambah di negaranya sendiri. Ini semua sudah berjalan, ini sudah dimulai,” katanya dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Kamis (19/1/2022).

Pihaknya mengundang investor untuk datang membawa teknologi, modal, dan sebagian pasar. “Kami ditugaskan Presiden untuk memberikan jaminan percepatan perizinan kepada investor,” ucapnya.

Bahlil memaparkan arah kebijakan hilirisasi investasi dengan nilai ribuan triliun itu merupakan strategi Indonesia yang tidak hanya untuk sumber daya nikel. Ia menjelaskan ada delapan sektor prioritas untuk didorong hilirisasinya.

Delapan sektor tersebut adalah mineral, batubara, minyak bumi, gas alam, perkebunan, kelautan, perikanan, dan kehutanan dengan 21 komoditas turunannya.

Bahlil mengakui, perjuangan Indonesia menginisiasi hilirisasi mendapatkan pertentangan luar biasa dari dunia. Namun, hilirisasi ini adalah jalan tengah untuk Indonesia berubah dari negara berkembang menuju negara maju.

Ia menyampaikan bahwa Indonesia dan negara berkembang lainnya ingin menapaki anak tangga yang sama dengan negara maju.

Hilirisasi juga dinilai tidak hanya untuk menguntungkan para pengusaha dan investor, tetapi juga berkolaborasi dengan pengusaha daerah dan UMKM yang ada di daerah agar tumbuh bersama-sama.

Direktur Utama PT Pertamina Nicke Widyawati dalam sesi panel diskusi menyampaikan bahwa Pertamina mendukung program hilirisasi melalui pengembangan infrastruktur untuk ekosistem kendaraan listrik serta mencapai Net Zero Emission melalui transisi energi.

Menurut Nicke, diperlukan kolaborasi antara negara maju dan negara berkembang untuk melaksanakan transisi energi menuju energi hijau.

“Tantangan terbesar dalam transisi energi adalah pembiayaan, teknologi, dan kesiapan sumber daya manusia. Kerja sama global dengan aksi nyata antara negara merupakan kunci untuk memperlancar transisi energi,” imbuh Nicke.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button