Bak Negeri tak Bertuan, Volatilitas Dukungan Pemilih Pilgub Jabar Relatif Dinamis


Pendiri sekaligus Peneliti Utama Indikator Politik Indonesia, Burhanuddin Muhtadi menyatakan secara politik Provinsi Jawa Barat (Jabar) masih menjadi daerah yang begitu penting. Hal ini tidak terlepas dari jumlah pemilih yang begitu banyak, sehingga signifikansi politik di Jabar menempati posisi puncak.

“Siapa yang menguasai Jabar, dianggap menguasai populasi pemilih paling banyak se-Indonesia, jadi itu yang paling utama menjelaskan mengapa Jabar penting. Selain tentu saja Jabar dianggap penting karena kalau kita melihat pengalaman-pengalaman sebelumnya, itu tingkat volatilitas dukungan di Jabar juga relatif dinamis,” ucap Burhanuddin secara virtual dalam temuan survei bertajuk ‘Gubernur dan Wakil Gubernur Pilihan Warga Jawa Barat’, dipantau di Jakarta, Kamis (21/11/2024).

Ia menyebut Jabar berbeda dengan Jawa Tengah yang terkenal sebagai basis kantong suara PDIP, atau Jawa Timur yang selalu dikuasasi oleh dua partai, yakni PKB dan PDIP.

“Jabar itu seperti negeri tak bertuan, jadi seperti antah tak berantah, kenapa? Karena pemilu di Jabar itu seringkali berganti-ganti sesuai dengan mood masyarakat Jabar saat itu,” tuturnya.

Ia memaparkan pada 1999 misalnya, PDIP menjadi partai yang unggul di Jabar dan secara pemilu nasional juga unggul. Pada 2004 berganti menjadi Golkar yang unggul, 2009 Partai Demokrat unggul di Jabar, dan 2014 pilihan masyarakat Jabar kembali kepada PDIP.

“2019 kembali berubah lagi Gerindra yang unggul, meskipun di 2019 Gerindra tidak mampu menang secara nasional, tetapi secara umum Jabar berganti-ganti kecuali 2024 ya, itu Golkar atau Gerindra yang unggul tapi selisihnya tipis, tapi tidak mengurangi kesimpulan saya, Jabar adalah provinsi paling ‘labil’,” ujarnya.

“Ini yang menjelaskan mengapa Jabar penting selain tentu saja, kenapa sering berganti-ganti pilihan salah satunya adalah party id di Jabar paling rendah dibanding banyak provinsi,” kata dia menambahkan.

Terlebih kata dia, sebuah partai juga memiliki kantong suara berbeda-beda, misalnya Partai Golkar dengan basis suara di Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, dan Kabupaten Sukabumi. Sementara PKS basisnya ada di Kota Depok, Bekasi, Bandung, dan Bogor.

Kemudian PPP masih menyisakan basis di Tasikmalaya, PDIP di sepanjang Pantura, Indramayu, Majalengka, dan Subang.

“Demokrat juga overall masih cukup menanamkan kubu di tanah Pasundan, jadi overall ini tanah tak bertuan, siapapun punya potensi untuk menang asalkan kerja keras dan karena jumlah pemilihnya yang besar itu pula, Jabar menjadi ajang pertarungan buat semua partai,” ujar Burhanuddin.