Arena

Bau Perbudakan Kembali Menyeruak Jelang Pembukaan Piala Dunia

Piala Dunia Qatar tinggal hitungan hari, delapan stadion megah siap menampung penggila bola dari seluruh dunia.

Namun, meski seluruh persiapan sudah selesai dan panitia sudah menghitung mundur menuju perhelatan sepak bola paling akbar di dunia, ‘bau’ perbudakan yang sempat ramai, belum selesai.

Pemerintah Qatar dilaporkan mengusir ribuan pekerja imigran dari blok apartemen di pusat Kota Doha, salah satu pusat penyelenggaraan sepak bola empat tahunan tersebut.

Dilansir The Independent, blok hunian di distrik Al Mansoura, sebanyak 1.200 pekerja asing hanya diberi waktu dua jam untuk mengosongkan apartemen-apartemen yang rencananya akan digunakan untuk penonton piala dunia.

Para pekerja menyatakan lebih dari selusin bangunan pada 26 Oktober 2022 telah dievakuasi dan dikunci oleh pihak berwenang, membuat ratusan pekerja asal Asia dan Afrika berebut tempat berlindung. Beberapa dari mereka terpaksa tidur di trotoar di luar salah satu bekas rumah mereka.

Seorang pejabat pemerintah Qatar membantah pengusiran itu terkait dengan Piala Dunia. Ia mengutarakan itu semua dirancang dengan rencana komprehensif dan jangka panjang yang sedang berlangsung untuk mengatur kembali wilayah Doha.”Semua telah dipindahkan ke akomodasi yang aman dan layak,” katanya sambil menambahkan bahwa permintaan untuk mengosongkan hunian akan dilakukan dengan pemberitahuan terlebih dahulu.

Kebanyakan orang diusir di lingkungan yang telah disewa pemerintah untuk menampung para penggemar Piala Dunia. Menurut laman penyelenggara, flat yang diiklankan dibanderol dengan harga USD 240 sampai 426 (sekitar Rp3,7 hingga 6,6 juta) per malam di daerah seperti Al Mansoura.

Sejak setahun lalu, saat proses pembangunan stadion-stadion megah untuk penyelenggaraan piala dunia, Qatar diterpa kabar miring soal perbudakan modern.

Mulai dari jam kerja yang tak biasa, gaji yang tak sesuai janji, hingga tempat tinggal yang tak layak membuat persiapan Piala Dunia Qatar tercoreng.

The Guardian melaporkan 6.500 buruh migran meninggal di Qatar demi pembangunan infrastruktur Piala Dunia 2022. Faktanya, mereka memang jadi korban pemerasan agen, pemotongan upah, penyitaan paspor, dan beragam bentuk eksploitasi kerja.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button