Bandingkan Angka Kemiskinan versi BPS dan Bank Dunia, Akademisi UI Ingatkan Ini


I Dewa Gede Karma Wisana, Kepala Lembaga Demografi (LD) fakultas ekonomi dan bisnis Universitas Indonesia, mengingatkan membandingkan angka kemiskinan versi Badan Pusat Statistik (BPS) dengan Bank Dunia tidak bisa asal-asalan karena bisa menimbulkan misinterpretasi. 

Hal itu disampaikan setelah ramai di media sosial infografis yang membandingkan angka kemiskinan di Indonesia versi Bank Dunia dan BPS. Dalam infograsif yang beredar luas itu, tercantum ada 24.1 juta warga Indonesia yang berada dalam garis kemiskinan. Sedangkan Bank Dunia menuliskan angka kemiskinan di Indonesia 171.4 juta orang.

Dalam infografis itu, disebutkan pula tolok ukur kemiskinan versi BPS adalah pengeluaran perbulan Rp595.242. Sedangkan Bank dunia standar kemiskinannya biaya pengeluarannya Rp1.109.280 perbulan. 
     
Menurut Dewa, Bank Dunia mengukur garis kemiskinan berdasarkan Purchasing Power Parity (PPP) dengan mata uang US$.  PPP yang dimaksudkan di sini adalah membandingkan tingkat kemiskinan antar negara yang memiliki tingkat harga dan biaya hidup yang berbeda.

Dengan begitu, Bank Dunia mengukur garis kemiskinan dari dollar AS ke rupiah bukan dengan nilai tukar US$ biasa, melainkan menggunakan PPP.

“Singkat kata, Bank Dunia menetapkan angka kemiskinan ekstrim dalam US$ PPP 1.9/kapita/hari, bukan nilai tukar biasa mata uang US$ 1.9/kapita/hari,” kata Dewa kepada Inilah.com, Kamis (13/3/2025).

Dewa menyebut jika ingin mengkritik angka kemiskinan dari versi BPS, maka harus fokus pada komponen-komponen penghitungan garis kemiskinan yang digunakan BPS pula. Sebab beberapa komoditi yang digunakan dalam penghitungan BPS, kemungkinan besar sudah banyak yang perlu disesuaikan dan perlu ditambah agar mewakili apa saja yang dikonsumsi masyarakat saat ini.

Data terbaru yang dipublikasi BPS pada Januari 2025 mengungkap angka kemiskinan di Indonesia sampai September 2024 sebesar 8.57 persen atau sebesar 24,06 juta orang. Dalam situs resminya, BPS mencatat jumlah penduduk miskin pada September 2024 turun 1,16 juta orang dibanding Maret 2024 dan turun 1,84 juta orang dibanding periode sama Maret 2023.