Banjir Gambar Ghibli dari AI, Sheila Dara Pertanyakan Etika dan Hak Cipta


Aktris dan pemenang Piala Citra Sheila Dara menyuarakan keresahannya terhadap tren foto bergaya Studio Ghibli yang dihasilkan melalui AI ChatGPT. Dalam unggahan di akun X pribadinya, Sheila mengaku sedih melihat gaya ikonik tersebut bisa dihasilkan dalam hitungan detik oleh mesin, tanpa proses artistik panjang yang selama ini jadi ciri khas Studio Ghibli.

“Sorry party pooper, tapi aku sedih deh lihat Ghibli style bisa di-generate dengan AI ini,” tulis Sheila, dikutip Jumat (28/3).

Istri musisi Vidi Aldiano itu menilai bahwa gaya visual Ghibli lahir dari proses panjang dan dedikasi para seniman yang telah mengembangkannya selama bertahun-tahun.

“Nyari style yang ikonik gitu kan pasti melewati proses kultivasi bertahun-tahun ya,” sambungnya.

Pertanyakan Etika dan Izin Hak Cipta

Selain soal esensi artistik, Sheila juga mempertanyakan aspek legal dari penggunaan gaya visual Ghibli oleh AI seperti ChatGPT.

“Terus ini emang ada consent-nya kah dari kreatornya?” tanyanya.

Komentar Sheila merespons tren yang kini viral di media sosial, di mana pengguna ChatGPT memanfaatkan fitur image generator GPT-4o untuk mengubah foto pribadi menjadi ilustrasi bergaya Studio Ghibli. Tren ini memang memukau secara visual, namun memicu perdebatan etis terkait orisinalitas, apresiasi seni, hingga potensi pelanggaran hak cipta.

Tren yang Bikin Kagum, tapi Juga Resah

Sejak diluncurkannya fitur image generator GPT-4o oleh OpenAI, media sosial dibanjiri potret gaya Ghibli buatan AI. Meski pengguna terkesima dengan hasilnya yang lembut dan ekspresif, suara kritis seperti yang disampaikan Sheila Dara mencerminkan kegelisahan kalangan kreatif: apakah kecanggihan teknologi boleh mengambil alih ruang kerja dan identitas seniman?

Sheila sendiri saat ini tengah sibuk dalam promo film Sore: Istri dari Masa Depan dan kembali dipasangkan dengan Reza Rahadian dalam proyek The Most Beautiful Girl in the World.

Sheila menutup pernyataannya tanpa menyalahkan pengguna AI, namun mengajak publik untuk tetap kritis dan menghormati proses artistik di balik karya-karya orisinal.