Bankir Senior BCA Sebut Judol hingga Pinjol Pemicu Lemahnya Daya Beli Masyarakat


Baru saja, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan jebloknya pertumbuhan ekonomi di kuartal II-2024 sebesar 5,05 persen. Anjlok dibanding kuartal I-2024 sebesar 5,11 persen. Pertanda daya beli masyarakat sedang tidak baik-baik saja.

Fenomena ini mengusik Direktur Utama PT Bank Central Asia Tbk (BCA), Jahja Setiaatmadja untuk angkat bicara. Salah satu bankir senior ini, menyebut 3 biang kerok melemahnya daya beli. Apa saja?

Pertama, menurut Jahja, maraknya judi online (judol) yang membuat masyarakat kehilangan banyak uang. “Orang sudah hopeless, judol. Bahkan bank dibawa-bawa. Cara judol ada e-wallet, ada tunai banyak sekali tidak terdetect. Ini menggerogoti daya beli masyarakat,” ujar Jahja saat menghadiri BCA UKM Fest di Mal Kota Kasablanka, dikutip Kamis (8/8/2024).

Kedua, lanjut Jahja, berkurangnya diskon yang ditawarkan belanja online. Jahja menuturkan dalam beberapa tahun lalu, platform belanja online menawarkan banyak diskon. Fenomena tersebut pun dikenal sebagai bakar uang dari e-commerce agar belanja bergairah.

“Ini masuk dan bakar duit, tahun 2022 dibakar Rp80 triliun yang menikmati middle class, tapi banyak lower class dapat income, ada daya beli subsidi indirectly,” tutur Jahja.

Namun, saat ini diskon tersebut sudah mulai berkurang. Imbasnya, masyarakat harus berbelanja online dengan biaya lebih tinggi. Karenanya, daya beli pun menurun.

Ketiga, berkurangnya jumlah pinjaman online (pinjol) ilegal. Jahja menuturkan pada saat pandemi COVID-19 melanda, keberadaan pinjol ilegal marak di Indonesia.

Oleh karena itu, banyak masyarakat yang meminjam uang. Jahja mencontohkan ada satu orang yang bisa meminjam dana pada 20 pinjol sekaligus.

Hal itu terjadi lantaran ia gali lobang tutup lobang. Dengan kata lain, saat ia tidak bisa membayar hutang di satu pinjol, iaakan meminjam ke pinjol lain untuk membayar tagihan.

Di sisi lain, ini memang merugikan masyarakat. Kendati, secara tidak langsung daya beli cuku kuat.

Namun, saat ini pinjol ilegal sudah diberantas oleh Otorita Jasa Keuangan (OJK). Oleh karena itu, daya beli juga cukup terkikis.

Penurunan daya beli tengah terjadi di Tanah Air. Ada beberapa faktor yang mendukung, pertama deflasi yang tercatat tiga bulan berturut-turut. Kedua, menurunnya kinerja industri manufaktur sehingga PMI Manufaktur masuk ke zona kontraksi.

Ketiga, terjadi banyak PHK akibat melemahnya permintaan sehingga produksi tertahan dan ekspor menurun.

Data Mandiri Spending Index menunjukkan tabungan konsumen menengah dengan nilai Rp1 juta hingga Rp10 juta, turun dari kisaran 100 pada Januari 2023 menjadi 96,6 pada Mei 2024.