Aplikasi Ngaji.ai terus berinovasi dalam memanfaatkan kecerdasan buatan (AI) untuk mendukung literasi Alquran di Indonesia. Martin Novela, Head of Product Ngaji.ai, mengungkapkan berbagai tantangan dan strategi perusahaan dalam meningkatkan akses pembelajaran Alquran secara digital.
Saat ini, Ngaji.ai tengah dalam proses pendaftaran sebagai Mossad Digital di Kementerian Agama dan menjajaki kerja sama dengan beberapa institusi pendidikan serta organisasi keagamaan. Namun, detail mengenai proses tersebut belum dapat diungkap lebih lanjut.
“Kami berfokus pada penyebaran aplikasi melalui media untuk membantu menurunkan angka buta aksara Alquran. Target awal adalah mengurangi 7% dari total angka yang ada, mengembalikan kondisi ke tahun 2023,” jelas Martin usai sesi konferensi pers kepada inilah.com, Rabu (26/2).
Sebagai langkah verifikasi kualitas materi, Ngaji.ai telah menggandeng Universitas Muhammadiyah Malang untuk memastikan pembelajaran dari awal hingga akhir memenuhi standar tajwid yang benar.
Tantangan Akses dan Solusi Digital
Meski berbasis AI, aplikasi ini belum dapat sepenuhnya berjalan secara offline karena membutuhkan umpan balik real-time dalam koreksi bacaan. Solusi yang ditawarkan adalah langganan bulanan dengan harga terjangkau, serta opsi gratis bagi pengguna yang membutuhkan.
“Kami menyadari bahwa kendala akses teknologi dan biaya bisa menjadi tantangan. Oleh karena itu, kami terus mengupayakan strategi agar lebih banyak masyarakat bisa menggunakan aplikasi ini,” tambahnya.
Dari sisi pengembangan teknologi, Ngaji.ai tengah menggunakan data suara penutur asli Indonesia untuk melatih model AI agar lebih optimal dalam memahami dialek lokal. Penggunaan model AI yang telah ada juga disesuaikan dengan data spesifik dari pengguna Indonesia.
Terkait keamanan, Martin menegaskan bahwa data rekaman hanya berasal dari kamera pengguna dan tidak diambil dari sumber eksternal. Penyimpanan data dilakukan tanpa identitas pengguna untuk menjaga privasi sesuai standar keamanan aplikasi.
Dampak Sosial dan Pertumbuhan Pengguna
Sejak diluncurkan, Ngaji.ai telah diunduh 300.000 kali, dengan 220.000 pengguna aktif. Sementara itu, fitur premium yang baru diluncurkan Oktober lalu telah menarik 20.000 pengguna dalam lima bulan terakhir.
Ngaji.ai juga menegaskan bahwa keberadaan aplikasi ini tidak menggantikan peran guru ngaji, melainkan mendukung mereka dengan sistem dashboard pemantauan yang membantu memberikan tugas kepada murid. Beberapa daerah seperti Kabupaten Barito Kuala dan Hulu Sungai Tengah telah mengadopsi aplikasi ini sebagai alat bantu pengajaran.
“Jumlah guru ngaji di Indonesia masih jauh dari cukup untuk memenuhi kebutuhan umat Muslim. Dengan aplikasi ini, guru bisa lebih mudah memantau perkembangan murid secara digital,” ujar Martin.
Ke depan, Ngaji.ai akan terus mengembangkan deteksi kata berbasis AI untuk semakin akurat dalam memberikan koreksi bacaan. Selain itu, mereka juga menjajaki referensi ulama terkait adab membaca Alquran secara digital agar implementasi aplikasi tidak hanya berfokus pada tajwid, tetapi juga aspek etika pembelajaran.