Ototekno

Banyak Pengguna Twitter Beralih ke Mastodon, Yuk Kenali Platform Ini

Usai beralihnya kepemilikan Twitter ke tangan miliarder dunia Elon Musk, banyak penggunanya memilih migrasi ke platform media sosial lain. Salah satu yang jadi tujuan adalah Mastodon. Apa kelebihan dari platform ini sehingga menjadi alternatif warga dunia?

Di Indonesia, platform microblogging Mastodon memang kurang banyak dikenal. Di luar negeri Mastodon menjadi alternatif utama yang dituju para pengguna Twitter untuk beralih. Perangkat lunak open source untuk jaringan sosial terdesentralisasi memiliki beberapa fitur yang mirip dengan Twitter. Aplikasi ini disukai karena bebas dari iklan, memiliki batas 500 karakter, serta emoji khusus.

Sejak Elon Musk mengumumkan akuisisi Twitter senilai US$44 miliar atau sekitar Rp683 triliun pada 27 Oktober lalu, pengguna baru Mastodon bertambah mencapai 489.003. Pendiri Mastodon Eugen Rochko Senin (7/11/2022) mengungkapkan di akun Mastodon-nya pengguna aktif bulanan mencapai 1.028.362 akun, dengan server baru bertambah 1.124. Bertambahnya pengguna Mastodon terjadi sejak empat hari setelah Bos Tesla itu mengakuisisi Twitter.

MIT Technology Review menyebut, Twitter dikabarkan kehilangan hampir satu juta pengguna. Perkiraan dari Bot Sentinel menunjukkan bahwa sekitar lebih dari 877.000 akun Twitter menonaktifkan akun mereka antara 27 Oktober sampai 1 November 2022, yakni setelah media sosial berlogo burung biru itu diakusisi oleh Elon Musk. Para pengamat percaya peningkatan penonaktifan akun Twitter dan berpindahnya ke platform lain adalah karena orang-orang yang kecewa dengan Elon Musk.

Apa itu Mastodon?

Platform ini merupakan perangkat lunak open source untuk jaringan sosial yang unik dan terdesentralisasi. Diluncurkan pada 2016, dengan pendanaan dari crowdfunding, Mastodon telah tumbuh dengan pesat. Maskot Mastodon berbentuk binatang dengan belalai, menyerupai mastodon atau mamut, kadang-kadang digambarkan menggunakan tablet atau smartphone.

Mastodon sebenarnya telah menjadi jaringan media sosial yang berkembang dan populer bagi mereka yang berkecimpung di industri teknologi. Itu berkat sifatnya yang open-source dan terdesentralisasi.

Salah satu alasan Rochko mendirikan Mastodon karena kecewa dengan Twitter terkait dengan perasaan tidak percaya terhadap kontrol kontennya. “Saya berpikir bahwa dapat mengekspresikan diri saya secara online kepada teman-teman saya melalui pesan singkat sangat penting bagi saya, penting juga bagi dunia, dan mungkin itu tidak boleh berada di tangan satu perusahaan saja,” kata Rochko, mengutip Time, Rabu (9/11/2022).

Aplikasi perpesanan ini pada dasarnya sangat mirip dengan Twitter. Pengguna dapat menandai pengguna lain, berbagi media, dan bahkan mengikuti akun lain. Perbedaan utama terletak pada desentralisasi. Server independen adalah satu-satunya fitur yang membedakan antara dua platform microblogging ini.

Mastodon bukan satu platform yang kohesif, tetapi sebenarnya kumpulan server yang berbeda yang dijalankan secara independen dan didanai sendiri. Mengutip XDA Developers, Mastodon seperti sebuah komputasi gabungan. Pengguna di server yang berbeda masih dapat berkomunikasi satu sama lain, tetapi siapa pun dapat membangun server dan menetapkan aturan sendiri untuk diskusi.

Pengguna dapat berinteraksi dengan alam semesta Mastodon yang lebih luas atau berinteraksi dengan orang-orang yang hanya berada di instance Mastodon mereka sendiri. Misalnya, ketika seseorang mendaftar di Irish Mastodon, ia dapat berinteraksi dengan pengguna Irlandia lainnya jika mau. Namun, jika ingin berinteraksi dengan dunia yang lebih luas, tidak ada yang dapat menghentikan untuk melakukan itu juga.

Artinya, siapa saja dapat meng-host instance Mastodon mereka sendiri dan menghubungkannya ke ‘fediverse‘ lainnya, atau Anda dapat memisahkannya sepenuhnya jika Anda mau. Siapa pun dapat menjalankan instance Mastodon ini, hanya saja bagi yang belum terbiasa perlu sedikit penyesuaian.

Anda dapat menginstal aplikasi Android Mastodon resmi di ponsel Anda. Daftarkan akun Anda dengan Google Gmail, Yahoo, Outlook, atau bahkan host Anda sendiri, tetapi mereka semua tetap masih dapat berinteraksi satu sama lain.

Sementara cara menggunakannya, mirip dengan Twitter. Pesan yang diposting menggunakan istilah ‘Toots’. Sementara retweeting pada Twitter diistilahkan dengan boosting pada platform ini. Penggunaan hashtag penting karena tidak ada ‘tren’ atau ‘topik’ seperti di Twitter. Selain itu, timeline Anda sepenuhnya kronologis, jadi postingan Anda (atau ‘Toots’ seperti tweet di Twitter) tidak akan secara artifisial menabrak feed seseorang.

Platform ini terlihat bebas, meskipun dalam praktiknya banyak server Mastodon memiliki aturan yang lebih ketat daripada Twitter. Ketika server ujaran kebencian muncul, server lain dapat bersatu untuk memblokirnya, sehingga seperti mengucilkannya dari sebagian besar platform. “Saya kira ini bisa disebut proses demokrasi,” kata Rochko.

Jika Anda senang dengan Twitter, teruslah menggunakannya! Namun, jika Anda mencari sesuatu yang baru tetapi mirip dengan Twitter, Mastodon mungkin cocok untuk Anda.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button