Hangout

Banyak Perempuan Jadi Korban KDRT dan Perceraian, Strategi Atasi Stres jadi Solusi

Maraknya korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) dan perceraian yang bermunculan di media massa menarik perhatian Ketua Wanita Keren Indonesia (WIK) Dra. Maria Ekowati. Menurutnya, perempuan saat ini harus memiliki coping mechanism dan resiliensi yang tinggi guna menghadapi situasi tersebut.

Maria mengungkapkan, menurut data yang terdapat di Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) Indonesia, tingkat perceraian di Indonesia cukup tinggi. Menurutnya, dengan tingginya angka perceraian dan KDRT tersebut tentu akan memengaruhi kesehatan mental.

“Yang namanya berpisah atau ditinggal pasangan itu sesuatu banget, itu sangat berpengaruh individu seseorang,” kata Maria kepada Inilah.com di Jakarta, Jumat (26/5/2023).

Menurut Maria, saat ini para perempuan perlu memiliki coping mechanism atau strategi untuk mengatasi stres yang tinggi serta resiliensi yang dikenal dengan kemampuan untuk bangkit dari keterpurukan.

Dia menambahkan, perempuan bisa fokus untuk memperbaiki kemandirian ekonomi mereka dengan bekerja atau membuat usaha sendiri sehingga memiliki kepercayaan diri dan bisa bangkit dari keterpurukan yang mereka hadapi.

“Jadi ketika dia berdaya secara ekonomi dia punya kepercayaan diri kemudian dia bisa berkembang itu contoh yang bisa bangkit dari situ,” terang Maria.

Diketahui kasus perceraian Indonesia mencapai angka 516.334 kasus selama tahun 2022 menurut laporan Statistik Indonesia. Angka tersebut meningkat sebanyak 14,31 persen dari tahun lalu.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button