Sama seperti rekan koalisinya PDIP, Partai Persatuan Pembangunan (PPP) juga sudah mulai menyuarakan kritik terhadap pemerintah, tapi enggan disebut sebagai oposisi.
Ketua DPP PPP Achmad Baidowi atau yang akrab disapa Awiek mengatakan apa yang dilakukan partai kabah dan banteng moncong putih adalah bentuk pertemanan yang baik.
Menurutnya, sebagai teman yang baik, tentu harus selalu mengingatkan jika pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) sudah keluar jalur yang semestinya.
“(Misalnya) eh lu keliru, harusnya begini. Teman yang baik bukan yang pokoknya ABS (Asal Bapak Senang), itu yang tidak boleh,” ujarnya di Jakarta, dikutip Kamis (30/11/2023).
Awiek kembali menekankan bahwa posisi partainya dan PDIP tentu saja bukan oposisi, mengingat keduanya masih berada di Kabinet Indonesia Maju.
Bahkan ia enggan disamakan dengan Partai Demokrat yang justru belakangan ini sudah tidak terdengar lagi mengeluarkan kritik keras ke pemerintah.
“Kalau berbalik, PDIP keluar dari kabinet, ini kan tidak. PDIP-nya masih di kabinet, PPP-nya masih di kabinet, Demokratnya di luar kabinet, tetapi kutipan pernyataan Demokrat yang dulu sangat kencang di luar kabinet, berubah konstelasinya setelah pilpres,” terang Awiek.
Menurutnya, tentu hal ini wajar saja. Awiek menyatakan memang arah politik, setahun belakangan ini berbeda terutama pasca Putusan MK mengenai syarat batas usia capres cawapres.
“Kan denyutnya berbeda ini, dulu atas nama kekompakan koalisi, kekompakan pemerintahan biasa-biasa saja, tapi kemudian ada yang berbeda, menyebabkan pandangan, pendapat berbeda,” terang Awiek.
Ia menyebut tentu adanya perbedaan ini dalam politik, hal yang biasa saja. Misalnya saja, lanjut dia, posisi Partai Demokrat yang awalnya “oposisi”, kini telah menjadi sahabat pemerintahan Jokowi.
“Situasi menjelang pilpres itu membuat konstelasi politik di negeri ini berubah-ubah akhirnya. Maka PPP tetap konsisten terhadap pemerintahan Jokowi yang baik, kita apresiasi, kita dukung, tetapi yang kurang baik ya kita perbaiki,” tegasnya.