Bedah APBN 2025, Celios: Target Pertumbuhan Ekonomi Oke, Kemiskinan Ekstrem Sangat Berat


Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2025 mengamanatkan pemerintahan Prabowo-Gibran bisa meraih pertumbuhan ekonomi 5,2 persen, dan angka kemiskinan ekstrem bisa nol.  Bagaimana peluangnya?

Menurut Direktur Ekonomi Digital Center of Economic and Law Studies (Celios), Nailul Huda, target pertumbuhan ekonomi 5,2 persen di tahun pertama Prabowo-Gibran, tidak berat-berat amat, alias rasional (moderat).

“Saya rasa dengan historis pertumbuhan ekonomi yang berkutat di angka 5 persen, pertumbuhan ekonomi 2025 yang dipatok 5,2 persen, merupakan angka yang moderat,” ujar Nailul kepada Inilah.com di Jakarta, Jumat (20/9/2024).

“Jokowi selama 10 tahun, tidak mampu mencapai target pertumbuhan ekonomi di APBN. Realisasinya seringkali lebih rendah ketimbang target,” sambungnya.

Selain itu, Nailul menyatakan, kondisi global turut menentukan dalam pembuatan target pertumbuhan ekonomi yang moderat ini.

“Kita tahu bahwa perekonomian Tiongkok tengah menurun, ekonomi Amerika Serikat (AS) membaik. Namun belum mampu kembali berbahaya seiring dengan kesempatan Donald Trump menjadi Presiden AS. Target 5,2 persen, saya rasa cukup moderat dan realistis,” tuturnya.

Sementara terkait kemiskinan ekstrem yang ditargetkan bisa 0 persen, menurut Nailul justru sebaliknya. Terlalu ambisius. Namun, bukan berarti tidak mungkin terwujud. “Memang pemerintah tinggal ngasih bansos yang cukup besar ke masyarakat miskin ekstrem. Secara hitungan, maka orang tersebut mempunyai kemampuan konsumsi yang lebih baik,” kata dia.

Namun, kata dia, kondisi tersebut tidak akan bertahan lama. Karena secara fondasi, perbaikan seperti itu sangat lemah. Karena sifatnya hanya jangka pendek. 

“Ada fungsi pemberdayaan masyarakat miskin yang bisa diberikan guna memberikan kemampuan konsumsi dalam jangka panjang meskipun tidak dapat bansos,” tandasnya.

Sebagai informasi, APBN 2025 disahkan dalam sidang paripurna DPR pada Kamis (19/9/2024). Beberapa asumsi makroekonomi yang telah disepakati diantaranya, pertumbuhan ekonomi 5,2 persen, inflasi 2,5 persen, nilai tukar rupiah (kurs) Rp16.000/US$, suku bunga SBN 10 tahun sebesar 7,0 persen.

Sedangkan harga minyak Indonesia atau Indonesian Crude Oil Price (ICP) US$82/barel, lifting minyak 605 ribu barel per hari (bph), dan lifting gas 1,005 juta barel setara minyak per hari.

Tingkat kemiskinan ditargetkan turun di kisaran 7-8 persen dan tingkat kemiskinan ekstrem bisa 0 persen, tingkat pengangguran terbuka di kisaran 4,5-5 persen, dan tingkat ketimpangan atau gini ratio turun 0,379-0,382.