Market

BEI Kantongi Pertumbuhan Jumlah Perusahaan Tercatat Terbanyak di ASEAN

Self Regulatory Organization (SRO) pasar modal menorehkan berbagai kinerja positif di tengah dinamika perekonomian dunia. Salah satunya adalah pertumbuhan jumlah perusahaan tercatat tertinggi di ASEAN dalam lima tahun terakhir.

SRO terdiri dari PT Bursa Efek Indonesia (BEI), PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI), dan PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI).

Direktur Utama BEI Iman Rachman mengatakan, sampai dengan 8 Agustus 2022, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami peningkatan sebesar 7,68 persen pada level 7.086,849 dibandingkan dengan akhir 2021.

Aktivitas perdagangan di bursa terlihat cukup baik yang tercermin dari rata-rata nilai transaksi harian (RNTH) hingga awal Agustus telah mencapai Rp15,4 triliun, dan rata-rata volume transaksi per hari telah mencapai 23,4 miliar saham.

“Dari sisi pencatatan efek sampai dengan 8 Agustus 2022, BEI berhasil menorehkan 38 pencatatan efek saham, enam obligasi baru, dan satu Exchange-Traded Fund (ETF) baru sepanjang tahun 2022. Jika dilihat dari performa sisi pasokan (supply) sampai dengan akhir Juni 2022, BEI mencatatkan pertumbuhan jumlah perusahaan tercatat tertinggi dalam lima tahun terakhir di antara bursa- bursa ASEAN lainnya,” ujar Iman dalam keterangan di Jakarta, Kamis (11/8/2022).

Selain itu, lanjut Iman, selama paruh pertama tahun 2022, BEI telah meluncurkan notasi khusus baru “N” untuk penanda perusahaan dengan multiple voting shares pada 31 Januari 2022, dan penutupan kode domisili yang efektif pada 27 Juni 2022, serta telah menerbitkan peraturan bursa terkait produk waran terstruktur pada 11 April 2022.

Di sisi lain, Direktur Utama KPEI Iding Pardi menyampaikan, hingga akhir Juli 2022, tercatat rata-rata efisiensi penyelesaian dari mekanisme kliring secara netting untuk nilai transaksi bursa sebesar 57,14 persen, sementara efisiensi dari sisi volume transaksi bursa mencapai 62,06 persen.

“Sedangkan nilai transaksi pinjam meminjam efek (PME) sampai dengan Juli 2022 sebesar Rp52,72 miliar, dengan volume 12,88 juta lembar saham. Adapun untuk nilai transaksi Triparty Repo sampai dengan Juli 2022 adalah sebesar Rp612,07 miliar, dengan volume 1,43 miliar lembar saham,” ujar Iding.

Iding melanjutkan, untuk mengantisipasi kegagalan penyelesaian transaksi bursa dan mengelola risiko kredit, KPEI melakukan pengelolaan agunan Anggota Kliring (AK) dan nasabahnya dengan total nilai agunan per Juli 2022 mencapai Rp31,53 triliun.

Angka itu terdiri dari agunan online (agunan yang ditempatkan melalui rekening efek di KSEI) sebesar Rp24,19 triliun dan agunan offline (agunan yang dikelola langsung oleh KPEI) sebesar Rp7,33 triliun.

Sementara itu, Direktur Utama KSEI Uriep Budhi Prasetyo mengatakan, berdasarkan data yang tercatat di KSEI, terdapat pertumbuhan jumlah investor di Indonesia.

Berdasarkan jumlah Single Investor Identification (SID), jumlah investor pasar modal naik 25 persen dari 7,49 juta investor pada 2021 menjadi 9,38 juta pada 8 Agustus 2022.

Berdasarkan jumlah tersebut, investor saham berjumlah 4,07 juta investor, reksa dana 8,7 juta investor, dan investor Surat Berharga Negara (SBN) sebanyak 740.184 investor.

Dari sisi demografi per 8 Agustus 2022, lanjut Uriep, investor individu di Indonesia didominasi oleh 62,89 persen laki-laki, 59,16 persen berusia di bawah 30 tahun, 32,68 persen pegawai, 61,87 persen berpendidikan terakhir SMA dan 49,40 persen berpenghasilan Rp10 juta hingga Rp100 juta per tahun.

KSEI juga mencatat, saat ini terdapat 37 Perusahaan Efek yang bekerja sama dengan Bank Rekening Dana Nasabah (RDN) untuk melayani pembukaan rekening online tanpa perlu tatap muka.

“Selain itu, sejak akhir Januari 2022, KSEI telah resmi mendapatkan izin operasional sebagai anggota BI Fast Payment (BI-FAST) dalam rangka meningkatkan efisiensi transaksi dana di pasar modal Indonesia. KSEI juga merupakan satu-satunya institusi non-bank dari total 52 anggota BI-FAST,” pungkas Uriep.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button