Market

BEI Pede Lebih Banyak ‘Unicorn’ yang Lakukan IPO

PT Bursa Efek Indonesia (BEI) optimistis akan lebih banyak perusahaan rintisan dengan valuasi lebih dari 1 miliar dolar AS alias unicorn yang akan tercatat di bursa saham. Pencatatan itu melalui penawaran umum perdana saham alias IPO. Optimisme tersebut lantaran berbagai penyesuaian aturan oleh regulator.

Belum lama ini Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah memberlakukan aturan Saham dengan Hak Suara Multipel (SHSM). BEI kemudian menyusul dengan melakukan penyesuaian Peraturan Bursa No I-A tentang Pencatatan Saham dan Efek Bersifat Ekuitas.

Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna dalam keterangan di Jakarta, Senin, mengatakan, tujuan dari inisiatif tersebut adalah untuk memberikan pintu yang luas bagi perusahaan dari sektor new economy untuk dapat tercatat di bursa.

“Kita lakukan penyesuaian terhadap Peraturan Pencatatan Saham No I-A. Kita sadar ada perubahan dan perkembangan model bisnis yang kategorinya new economy,” ujar Nyoman.

Nyoman menyampaikan saat ini proyeksi perusahaan dari sektor new economy untuk meramaikan pasar modal Indonesia cukup tinggi.

RI sebagai Penghasil Unicorn Terbanyak

Indonesia saat ini adalah penghasil perusahaan dengan valuasi unicorn terbanyak di ASEAN yaitu sebanyak 9 sembilan dari 15 unicorn berasal dari Indonesia.

Sementara itu tidak kurang dari 37 centaur, perusahaan rintisan dengan valuasi antara 100 juta dolar AS hingga 1 miliar dolar AS atau 38 persen dari jumlah centaur di Asia Tenggara berasal dari Indonesia.

“Kita sudah bertemu dengan sekitar 50 unicorn dan centaur di Indonesia, 15 di antaranya telah menyatakan rencana go public. Tentu ini hal yang menggembirakan bagi kita,” kata Nyoman.

Lebih jauh lagi Nyoman menjelaskan bahwa melalui Peraturan No I-A Bursa memperkenalkan mekanisme perpindahan papan yang dinamis, dengan mengakomodasi adanya promosi dan demosi, memberikan notasi khusus bagi perusahaan dengan karakteristik tertentu, serta penyesuaian definisi free float dengan melihat bagaimana penerapan bursa-bursa global.

“Tujuan dari penyesuaian Peraturan Bursa No I-A antar lain untuk menjaga competitiveness kita setelah melakukan benchmarking dengan bursa global. Begitu juga dengan menegaskan discrepancy persyaratan antar-papan pencatatan yang belum berbeda secara signifikan,” ujar Nyoman.

Dengan penyesuaian peraturan tersebut, Nyoman berharap BEI dapat lebih kompetitif dengan bursa global. Caranya dengan meningkatkan jumlah perusahaan tercatat namun tetap memperhatikan kualitas perusahaan tercatat.

“Manfaat terhadap perubahan peraturan ini juga dapat meningkatkan perlindungan investor publik serta meningkatkan likuiditas saham di BEI,” pungkas Nyoman.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button