Ototekno

Hadapi Resesi 2023, Kolaborasi Jadi Kunci Mewujudkan Ekosistem Digital

Kolaborasi antarentitas di ekosistem digital dinilai penting dalam menghadapi kondisi perekonomian global pada tahun depan yang diprediksi tidak baik-baik saja.

Hal itu, disampaikan langsung oleh Rudiantara selaku Ketua Umum Indonesia Fintech Society. Ia mengatakan, industri telekomunikasi saat ini ada 230 juta pelanggan seluler, sektor keuangan yang pegang rekening ada 150 juta, jadi banyak orang pakai ponsel tetapi tida punya akses keuangan.

“Aplikasi tumbuh luar biasa, ekonomi digital paling tinggi di e-commerce, semua transaksinya pasti menggunakan uang. Untuk itu, payment sistem dan lending yang pertumbuhannya jauh di atas industri telekomunikasi,” ujar mantan Menkominfo tersebut dalam keterangannya, Jumat (2/12/2022).

Kisaran kasar, satu pelanggan saja bisa 20 kali lakukan transaksi telekomunikasi entah chatting dan sebagainya. Sementara di perbankan rendah karena untuk transaksi e-commerce satu orang hanya 2-3 kali sehari.

Artinya, ada 1,5 miliar data terkumpul di telekomunikasi, yang bisa dimanfaatkan misalnya untuk profiling credit scoring di fintech. Ini bisa jadi peluang pertumbuhan baru bagi telekomunikasi.

“Inilah peluang yang besar untuk tumbuhkan digital. Selama mindset bisnis enggak di network saja tetapi aplikasi, tanpa harus punya lisensi misal fintech karena regulasi sangat ketat, maka operator bisa kembangkan sektor digital dengan data-data tersebut,” terang Chief RA sapaanya.

“Manfaat yang paling mesar, yakni money data, kalau rata-rata 6-8 kali lakukan transaksi, 1,5 miliar data yang bisa dimanfaatkan, semisal untuk profiling,” lanjutnya.

Menurut dia, industri digital bukan industri yang dikembangkan pemerintah.

“Saya yakin akan survive, pemerintah hanya fasilitasi saja jangan over regulated, justru harus jadi fasilitator,” tuturnya.

Analis bursa saham Reza Priyambada juga mengungkapkan hal senada dengan Rudiantara.

Reza memaparkan, pertumbuhan industri telekomunikasi memang tidak sekencang industri digital. Kinerja dari Telkom, Isat, Fren, XL tercatat sampai Q3 2022 pertumbuhannya single digit dari sisi pendapatan.

Kemudian, beberapa emiten alami penurunan pertumbuhan laba bersih, sehingga disimpulkan industri telekomunikasi masih tumbuh namun melambat.

Perlu banyak inovasi dan ekspansi industri telko supaya kinerjanya lebih baik lagi sehingga value creation emiten telko jadi pilihan pelaku pasar.

“Sesuai perkembangan zaman adanya disrupsi, justru peluang masih ada,” imbuh Reza.

Contohnya, dengan memanfaatkan work from home, gaming industri, cloud, AI Data Analytucs, hingga keamanan siber.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button