Hangout

Bengis, Ini 10 Metode Hukuman Mati Paling Sadis Sepanjang Sejarah

Hukuman mati adalah hukuman terakhir bagi para penjahat. Sampai saat ini, hukuman mati masih berlaku di banyak negara.

Hanya saja, metode eksekusi mati dari zaman ke zaman tidaklah sama. Dulu, metode yang dipilih untuk menghukum mati seseorang bisa dibilang sangat sadis.

Penjahat yang dihukum sering disiksa dan dibunuh secara brutal. Biasanya ini bertujuan agar setiap orang dapat melihatnya sebagai sebuah contoh konsekuensi dari kejahatan yang dilakukan. 

Apapun metodenya, penjahat yang dieksekusi tidak akan pernah mati secara terhormat. Bahkan, tubuh mereka sering diekspos untuk penghinaan lebih lanjut. 

Metode Hukuman Mati Paling Sadis yang Pernah Ada

Berikut adalah metode eksekusi mati paling sadis dan kejam yang pernah ada dalam sejarah:

1. Penggergajian

metode hukuman mati paling sadis sepanjang sejarah
Ilustrasi Hukuman Gergaji. Foto: images.fineartamerica.com

Di Eropa abad pertengahan, pelaku kejahatan seperti sihir, perzinahan, pembunuhan, penistaan, dan pencurian akan digergaji sampai mati.

Kekaisaran Romawi lebih suka melihat korban dipotong menjadi dua secara horizontal, sedangkan orang Cina lebih inventif, yakni menggantungkan kaki korban ke atas dan menggergaji tubuh mereka secara vertikal.

Cara ini dikenal ampuh untuk membuat korban menderita lebih sakit karena peningkatan aliran darah ke otak, yang memperpanjang kesadaran. 

Menurut dokumen sejarah gerakan reformasi Czech Hussain, korban pertama-tama akan digergaji kaki dan tangannya sebelum mereka akan dibakar dengan obor. Setelah itu, korban akan digergaji untuk dibelah menjadi dua bagian.

Bahkan pada zaman Romawi Kuno, Kaisar Romawi, Caligula dikenal sering menikmati hidangannya sambil melihat orang-orang digergaji dan menikmati penderitaan korbannya selama hukuman ekstrem itu berlangsung.

2. Lingchi

Ilustrasi Hukuman Lingchi. Foto: Wikimedia Commons

Lingchi adalah metode eksekusi yang brutal di Tiongkok, di mana korban menderita banyak luka hingga akhirnya mati kehabisan darah. Lingchi telah ada sejak abad ke-11 dan dilarang pada tahun 1905. 

Metode ini juga dikenal dengan sebutan “kematian dengan seribu luka”. Hal itu karena seorang algojo bertugas membuat luka sebanyak mungkin dan membuat sayatan pada tubuh korban tanpa membunuh mereka. 

Tidak ada proses khusus di balik metode hukuman Lingchi. Proses eksekusi bergantung pada beberapa faktor, seperti keahlian dan belas kasihan yang dimiliki algojo serta tingkat keseriusan kejahatan yang dilakukan korban. 

Beberapa dokumen yang ditemukan selama Dinasti Ming menunjukkan bahwa korban menderita hingga 3.000 luka sebelum meninggal, sementara yang lain mengklaim bahwa seluruh siksaan berlangsung kurang dari 15 menit. 

3. Hukuman Mati Menggunakan Gajah

Ilustrasi Eksekusi Hukuman Mati dengan Gajah. Foto: agefotostock.com

Bentuk hukuman ini juga dikenal sebagai gunga rao, dan banyak digunakan di Asia dan India. Meskipun demikian, ada beberapa bukti yang menunjukkan bahwa metode ini juga kadang digunakan di negara-negara barat. 

Eksekusi menggunakan seekor gajah telah menjadi bentuk hukuman mati di India sejak abad pertengahan. Para korban seringkali adalah musuh tentara atau warga sipil yang melakukan kejahatan, seperti pencurian, penggelapan pajak, dan pemberontakan. 

Meski banyak hewan yang bisa digunakan untuk eksekusi, namun gajah dipilih karena dianggap bisa dilatih untuk menyiksa dan membunuh para penjahat. Misalnya, seekor gajah mungkin diperintahkan untuk meremukkan anggota tubuh korban sebelum memberikan pukulan maut ke kepala korban. 

Contoh lain eksekusi dengan seekor gajah disaksikan oleh musafir Prancis, Francois Bernier. Dalam metode ini, gajah dilatih untuk mengiris penjahat dengan pisau yang dipasang di gadingnya.

4. Direbus hidup-hidup

Ilustrasi: Emadion.com

Berabad-abad lalu, metode rebus hidup-hidup kerap digunakan di Asia Timur dan Inggris untuk mengeksekusi mati penjahat.

Dalam prosesnya, tahanan akan dilucuti lalu ditempatkan di tong atau panci besar berisi air atau minyak mendidih. Terkadang, siksaan dibuat lebih sadis, yaitu dengan menempatkan tahanan ke air dingin terlebih dahulu, baru kemudian dimasukkan ke air mendidih.

Berdasarkan catatan pada masa kekuasaan Henry VIII, tahanan yang dieksekusi dengan metode ini dapat bertahanan dan kesakitan selama 2 jam sampai akhirnya ia meninggal.

5. Pemenjaraan

Ilustrasi: gettyimages.com

Pada hukuman mati paling sadis ini, terpidana akan ditempatkan di ruangan tertutup tanpa pintu keluar. Selama dikurung, terpidana tidak akan diberi makan maupun minum. Mereka akan dibiarkan kelaparan dan kehausan hingga akhirnya meninggal di ruangan tertutup tersebut. 

6. Poena Cullei

Ilustrasi: Wellcome Collection/William Hogarth

Hukuman Poena cullei juga dikenal sebagai “hukuman karung”. Mereka yang dipidana karena membunuh orang tuanya akan menerima hukuman ini.

Seseorang yang dijatuhi hukuman poena cullei pertama-tama akan dipukuli dengan tongkat hingga berlumuran darah sambil kepalanya dimasukkan ke dalam karung.

Terpidana kemudian dimasukkan ke dalam sebuah karung berbahan kulit sapi bersama dengan hewan buas hidup, dan ditempatkan ke dalam gerobak yang ditarik oleh seekor sapi ke sungai atau laut. Kemudian, mereka akan dibakar secara hidup-hidup lalu dibuang. 

Berdasarkan dokumen yang ditemukan, diketahui bahwa dalam eksekusi poena cullei, algojo memasukkan ular berbisa sebagai binatang buas yang digunakan untuk membunuh korban selama berada di dalam karung.

7. Skafisme

Ilustrasi Hukuman Skafisme. Foto: flickr.com

Skafisme adalah metode penyiksaan yang dilakukan di zaman Persia kuno, dan diperuntukkan bagi mereka yang telah melakukan kejahatan serius, seperti pembunuhan atau pengkhianatan. 

Para penjahat akan diikat di batang kayu yang keras atau di antara dua perahu, ini juga disebut sebagai “hukuman perahu”. Hukuman ini dilakukan di rawa atau di suatu tempat di mana perahu bisa terkena sinar matahari. 

Orang-orang tersebut kemudian dipaksa untuk minum susu dan madu hingga mengalami diare yang parah. Tak hanya sampai di situ, tubuh mereka pun dilumuri oleh madu untuk menarik serangga dan tikus agar memakan korban secara hidup-hidup. Selagi tubuhnya digigit, mereka pun tidak bisa berbuat apa-apa.

8. Garrote (Pencekikan dengan Kawat Panjang Besi)

Ilustrasi Hukuman Garrote. Foto: gettyimages.com

Eksekusi Garrote pertama kali diperkenalkan pada tahun 1812 sebagai alternatif hukuman gantung. Setidaknya telah terdapat 736 orang yang dieksekusi dengan metode ini di Spanyol pada abad ke-19.

Biasanya mereka yang dijatuhi hukuman mati dengan cara ini dinyatakan bersalah atas kejahatan seperti pembunuhan, perampokan atau tindakan terorisme yang serius. 

Pada proses eksekusi, tahanan akan diposisikan duduk dengan punggung bersandar pada tiang. Kemudian, leher tahanan akan diikat dengan tali yang juga dikaitkan pada tiang. Tali tersebut terkoneksi dengan tongkat yang digunakan Algojo untuk mengencangkan ikatan di leher.

Jika perintah untuk mengeksekusi sudah diberikan, algojo akan memutar tongkat tadi sampai sangat kencang, sehingga mencekik tahanan bahkan bisa mematahkan tulang lehernya.

9. The Breaking Wheel

metode hukuman mati paling sadis sepanjang sejarah
Ilustrasi Hukuman Roda. Foto: Wikimedia Commons

Metode The Breaking Wheel juga dikenal sebagai “Catherine Wheel”. Metode ini diterapkan di Prancis dan Jerman, dan dalam beberapa kasus masih digunakan setelah abad pertengahan.

Metode hukuman mati paling sadis satu ini biasanya digunakan untuk menghukum seseorang yang melakukan tindak kejahatan besar, misal pembunuh berantai. 

Saat proses eksekusi, korban akan diikat ke sebuah roda. Setelah itu, anggota tubuhnya dipukul dengan palu atau pentungan besi sampai hancur. Setelah korban meninggal, tubuhnya akan dipajang bersama roda tersebut.  

10. Penyiksaan Tikus: Dimakan Hidup-Hidup

hukuman mati paling sadis
Foto: Historic Museum Of Torture

Hukuman ini dilakukan dengan menempatkan beberapa tikus di sebuah kandang kecil yang diletakkan di atas perut korban. Kandang tikus tersebut dipanaskan dari luar, baik menggunakan lilin maupun bara api yang panas, sehingga akan memicu tikus-tikus menjadi gelisah. 

Hal itu akan membuat tikus menggaruk dan menggigit perut dan kulit korban dengan kuku-kuku mereka. Tikus itu akan menggigit perut korbannya dengan cukup cepat, sehingga menyebabkan rasa sakit yang luar biasa. 

Teknik ini dinilai efektif karena memainkan jiwa psikologis korban yang merasa tersiksa atas hukuman ini.

11. Brazen Bull

metode hukuman mati paling sadis
Ilustrasi: Getty Image

Metode ini bisa dibilang yang paling bengis. Dalam metode brazen bull, eksekusi menggunakan sebuah patung yang menyerupai banteng. Patung ini terbuat dari perunggu dan memiliki ruang kosong di perut.

Saat eksekusi berlangsung, tahanan akan dimasukkan ke dalam ruang kosong pada patung dengan keadaan kaki dan tangan terikat. Setelah tahanan berhasil masuk, patung akan ditutup dan dikunci.

Algojo kemudian akan menyalakan api di bawah dan di sekitar patung banteng tersebut. Panas yang tiada terkira akan membuat tahanan di dalamnya amat tersiksa.

Secara perlahan, kulit tahanan akan mengelupas. Ia pun akan terpanggang hidup-hidup.

Patung banteng memiliki lubang di hidung dan mulutnya, sehingga akan mengeluarkan suara jeritan tahanan saat penyiksaan berlangsung. Lubang ini memang sengaja dibuat agar suara yang keluar menyerupai suara banteng yang mengamuk.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button