Hangout

Berapa Lama Kelaparan Bisa Menyebabkan Kematian?

Dalam beberapa hari terahir, warga dihebohkan penemuan mayat satu keluarga di perumahan Citra Garden, Kalideres, Jakarta Barat yang diduga karena kelaparan. Kelaparan memang bisa membuat orang kehilangan nyawa, tapi berapa lama sebenarnya tubuh manusia mampu menahan lapar?

Penemuan satu keluarga yang tewas itu terjadi Kamis (10/11/2022). Ketua RT dari Perumahan Citra Garden, Asiung, mengungkapkan penemuan mayat satu keluarga itu pertama kali dilaporkan oleh petugas PLN yang mencium bau yang cukup menyengat diduga berasal dari rumah tempat ditemukannya mayat satu keluarga itu.

Ia dan sejumlah warga pun terkejut ketika melihat empat mayat dalam keadaan yang membusuk di rumah tersebut. Penyebab kematian itu masih dalam tahap penyelidikan kepolisian. Namun, ada dugaan kematian satu keluarga itu akibat mengalami kelaparan.

Menurut Global Hunger Index (GHI) tingkat kelaparan Indonesia, meskipun terus mengalami penurunan masih cukup tinggi. Angkanya menempati urutan ketiga tertinggi di Asia Tenggara pada 2021. Indonesia mendapatkan skor indeks sebesar18 poin atau termasuk dalam level moderat. Skor ini telah berada di atas rata-rata global yang sebesar 17,9 poin.

Sementara, negara dengan tingkat kelaparan tertinggi di wilayah Asia Tenggara adalah Timor Leste, yakni mencapai 32,4 poin atau masuk dalam level serius. Laos berada di urutan berikutnya dengan skor 19,5 poin atau masuk level moderat.

GHI menggambarkan situasi kelaparan suatu negara yang berhubungan dengan kebutuhan dasar fisiologis manusia, yaitu kebutuhan pangan dan nutrisi. Skor indeks GHI didasarkan pada empat komponen, yakni kondisi kurang gizi, anak yang kurus, stunting anak, dan kematian anak.

Indeks di bawah 9,9 poin menunjukkan kelaparan yang rendah, indeks 10-19,9 level moderat, dan indeks 20-34,9 dalam level serius. Selanjutnya, indeks 35-49,9 dalam level mengkhawatirkan dan di atas 50 sangat mengkhawatirkan.

Sementara untuk tingkat kelaparan di dunia, Presiden Joko Widodo pernah mengungkapkan, setiap hari ada 19.600 orang mati kelaparan karena krisis pangan di dunia. Sebelumnya, Jokowi bahkan memperkirakan ratusan juta orang akan kelaparan dan mengalami kekurangan makan akut akibat krisis pangan yang disebabkan terhambatnya rantai produksi akibat perang antara Rusia dan Ukraina.

“Sebanyak 330 juta orang kelaparan dan mungkin 6 bulan lagi bisa 800 juta orang akan kelaparan dan kekurangan makan akut karena tidak ada yang dimakan,” kata Jokowi.

Kekurangan parah asupan energi

Kelaparan didefinisikan sebagai kekurangan parah asupan energi kalori yang dibutuhkan untuk mempertahankan hidup manusia. Ini adalah bentuk malnutrisi yang paling ekstrem. Pada manusia, kelaparan yang berkepanjangan dapat menyebabkan kerusakan organ permanen dan akhirnya kematian.

Thomas C. Weiss, seorang peneliti, mengutip Disabled-world.com, mengungkapkan, kelaparan merupakan sebuah proses. Tubuh tidak seperti kendaraan yang langsung mati saat kehabisan bensin. Ketika mengalami asupan energi rendah yang berkepanjangan dan selama air tersedia, tubuh memasuki serangkaian mode metabolisme.

“Ini adalah cara tubuh untuk mengenali bahwa makanan itu langka dan bahwa ia perlu mengalokasikan kembali sumber daya sebagai persiapan untuk jangka waktu yang lama. Pada dasarnya, tubuh seseorang memberi mereka waktu untuk memberi mereka kesempatan menemukan makanan,” ungkapnya.

Kelaparan terjadi akibat asupan nutrisi yang tidak memadai atau ketidakmampuan untuk memetabolisme atau menyerap nutrisi. Ini mungkin memiliki beberapa penyebab seperti penyakit, anoreksia, perampasan atau puasa yang lama.

Terlepas dari penyebabnya, kelaparan terdiri dari tiga fase. Pada tahap pertama, kadar glukosa darah dipertahankan melalui produksi glukosa dari protein, glikogen, dan lemak. Pada awalnya, glikogen dipecah menjadi glukosa. Kemudian disimpan di hati untuk bertahan beberapa jam. Setelah jangka waktu tersebut, kadar glukosa darah dipertahankan oleh pemecahan lemak dan protein.

Lalu lemak diuraikan menjadi gliserol dan asam lemak. Asam lemak dapat digunakan sebagai sumber energi, terutama oleh otot rangka, sehingga mengurangi penggunaan glukosa oleh jaringan selain otak. Gliserol dapat digunakan untuk membuat sejumlah kecil glukosa, namun sebagian besar dibentuk dari asam amino protein. Beberapa asam amino dapat digunakan secara langsung untuk energi.

Sementara pada fase kedua, yang mungkin berlangsung selama beberapa minggu, lemak menjadi sumber energi utama. Hati seseorang memetabolisme asam lemak menjadi badan keton yang dapat digunakan sebagai sumber energi. Setelah kira-kira seminggu berpuasa, otak seseorang mulai menggunakan badan keton, serta glukosa, sebagai sumber energi. Protein yang tidak penting untuk kelangsungan hidup digunakan terlebih dahulu.

Fase selanjutnya dimulai ketika cadangan lemak seseorang habis dan terjadi peralihan ke protein sebagai sumber utama energi orang tersebut. Otot, sumber protein terbesar dalam tubuh, cepat habis. Pada akhir fase ini, protein dipecah dan fungsi sel merosot.

Apa yang terjadi pada tubuh selama kelaparan?

Mengutip Medicinenet, kekurangan energi akibat kelaparan banyak mempengaruhi sistem tubuh. Misalnya sistem syaraf pusat. Otak biasanya membutuhkan seperlima dari total energi yang dikonsumsi tubuh dalam sehari. Selama kelaparan, otak kehilangan energi ini yang memengaruhi fungsinya dan dapat menyebabkan kesulitan berkonsentrasi dan masalah tidur.

Sementara pengaruhnya terhadap sistem kardiovaskular yakni selama kelaparan, tingkat energi menurun dan mempengaruhi cara kerja jantung. Jantung tidak dapat memompa darah ke seluruh tubuh seefektif yang seharusnya, yang menyebabkan penurunan tekanan darah dan denyut nadi. Awalnya, ada tekanan darah rendah dan denyut nadi rendah, lalu akhirnya gagal jantung.

Sistem pencernaan juga pasti terpengaruh. Perut yang kosong menyebabkan kembung, mual, muntah, penurunan kadar gula darah, dan sembelit. Dalam jangka panjang, otot-otot di saluran pencernaan melemah dan mungkin kehilangan kekuatan untuk mendorong makanan melalui usus. Kelaparan dapat menyebabkan komplikasi parah, seperti pankreatitis (peradangan dan pembengkakan pankreas) yang menyebabkan sakit perut parah, mual, dan muntah.

Sistem lain yang terpengaruh adalah sistem endokrin. Untuk menghasilkan hormon, organ endokrin membutuhkan lemak dan kolesterol. Dengan tidak adanya makanan, tubuh tidak dapat menghasilkan hormon seperti hormon testosteron, estrogen, dan tiroid. Akibatnya menyebabkan kelemahan pada tulang, penurunan tingkat metabolism, ketidakteraturan atau penghentian total menstruasi, hipotermia (penurunan drastis suhu inti tubuh), kulit kering, rambut rapuh atau rambut rontok.

Berapa hari orang bisa bertahan tanpa makan?

Skala waktu untuk bertahan hidup tanpa adanya makanan masih banyak menjadi perdebatan. Selain tidak ada bukti ilmiah yang kuat untuk membahas topik ini, peneliti tidak pernah bisa dengan sengaja membuat peserta studi kelaparan untuk menyelidiki kerangka waktu kematian karena pertimbangan etis. Setiap individu adalah unik, dan karakteristik pribadi sangat berperan seperti berat badan, genetika, dan penyakit penyerta.

Masih menurut Medicinenet, orang dapat bertahan hidup hingga tiga minggu setelah mereka berhenti makan. Namun, tanpa tetap terhidrasi (tanpa air) juga, tubuh manusia hanya bisa hidup 3 sampai 5 hari.

Dalam kasus yang jarang terjadi, seperti mogok makan Mahatma Gandhi di tahun 1940-an, ia berhenti makan dan hanya minum seteguk air selama 21 hari. Meski mengalami penurunan massa tubuh yang parah, dia selamat. Sepanjang hidupnya, Gandhi telah berpartisipasi dalam 14 aksi mogok makan dalam waktu yang lama.

Yang juga menyebabkan kematian adalah, kelaparan mendatangkan malapetaka pada sistem kekebalan tubuh. Sebagian besar karena kekurangan mineral dan vitamin yang ekstrim. Beberapa orang akan menjadi lemah dan mati karena penyakit terkait kekebalan selama kelaparan.

Tahap akhir kelaparan biasanya membawa salah satu dari dua penyakit yang berbeda — kwashiorkor dan marasmus. Marasmus terjadi karena kekurangan energi yang ekstrim, seringkali karena jumlah kalori dan protein yang tidak mencukupi. Berat badan seseorang mencapai tingkat yang sangat rendah dan terjadi infeksi.

Sedangkan kwashiorkor adalah penyakit terkait yang mempengaruhi anak-anak yang kekurangan energi protein. Sehingga dapat menyebabkan edema dan hati yang membesar serta berlemak, mengakibatkan perut anak-anak buncit.

Sementara Prof dr Zubairi Djoerban SpPD(K) FINASIM, mengungkapkan, kemampuan manusia bertahan tanpa makan berbeda-beda. Ada beberapa faktor yang menentukan ketahanan hidup orang yang kelaparan. Antara lain, jenis kelamin, usia, berat badan, dan lainnya. Sedangkan untuk anak-anak berisiko lebih tinggi meninggal selama kelaparan. “Namun infeksi adalah kemungkinan penyebab kematian lainnya juga,” ujarnya, di akun Twitter-nya.

Ia melanjutkan, bertahan hidup tanpa makanan jauh lebih lama ketimbang bertahan hidup tanpa air. Menurutnya, tubuh manusia memiliki banyak akal. Ketika Anda tidak makan, tubuh dapat memperoleh energi dan bahan bakar dari lemaknya sendiri. Jika diperlukan, bisa juga menggunakan otot.

Menurut Prof Zubairi ketika Anda tidak makan, cadangan glukosa akan habis dalam satu hari. Kemudian tubuh melepaskan hormon yang disebut glukagon. Hormon ini yang memberitahu hati Anda untuk membuat glukosa, yang sebagian besar digunakan untuk memberi makan otak.

Ketika Anda kelaparan di hari ketiga, maka tubuh mulai memecah jaringan lemak. Otot menggunakan asam lemak yang dibuat selama proses ini sebagai sumber bahan bakar utama mereka. Ketika cadangan asam lemak habis, tubuh beralih ke protein.

“Nah, ketika sudah satu minggu, tubuh orang yang kelaparan akan secara aktif memecah otot untuk mendapatkan protein. Saat pemecahan otot makin cepat, tubuh mulai kehilangan fungsi jantung, ginjal, dan hati. Inilah yang pada akhirnya sebabkan kematian,” ujarnya. [ikh]

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button