Market

Berdagang dengan Swiss, Muliaman: Indonesia Untung Besar

Berdagang dengan Swiss, Indonesia mengalami untung besar. Nilai surplusnya mencapai  Rp26,86 triliun pada 2022. Tahun ini, peluangnya tetap ada meski ekonomi global tengat merosot.

Duta Besar (Dubes) RI untuk Swiss dan Liechtenstein, Muliaman D Hadad memperkirakan, tahun ini, hubungan perdagangan Indonesia dengan Swiss tetap akan memberikan gambaran positif bagi kedua negara. Tahun lalu, neraca perdagangan Indonesia dengan Swiss mengalami surplus Rp26,86 triliun.

Selain telah berlakunya Indonesia-EFTA CEPA pada 1 November 2021, sudah banyak hal yang dilakukan untuk memanfaatkan perjanjian tersebut. Salah satunya adalah peresmian Indonesia Trading House (ITH) pada 21 Januari 2023. “Indonesia-EFTA CEPA tidak hanya mencakup sektor perdagangan, namun juga sustainability, capacity building, knowledge transfer dan investasi,” tutur Muliaman dalam rilis di Jakarta, Rabu (8/2/2023).

Terkait investasi, kata mantan Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) ini, membuka data dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). Periode Januari – Desember 2022, investasi Swiss berada di urutan ke-20 dari seluruh negara yang berinvestasi ke Indonesia. “Atau nomor lima dari benua Eropa. Jumlah proyek investasi meningkat dengan total 292 proyek di tahun 2022. Nilainya 133,77 juta dolar AS atau lebih dari Rp2 triliun,” terang Muliaman.

Potret Perdagangan dengan Swiss

Masih kata Muliaman, perekonomian Swiss, terkenal cukup tanggung. Ketika perekonomian global masih belum pulih karena pandemi, ekonomi Swiss justru normal sejak 2021. Bahkan, perdagangan Indonesia-Swiss mengalami pertumbuhan dan menghasilkan surplus sepanjang 2022.

Total nilai ekspor Indonesia ke Swiss sepanjang Januari-Desember 2022 mencapai US$2,21 miliar atau Rp 33,31 triliun (kurs Rp15.000/US$).

Sedangkan total nilai impor Indonesia dari Swiss adalah US$428,63 juta, atau Rp6,45 triliun. Artinya, total surplus perdagangan Indonesia-Swiss pada 2022 mencapai US$1,78 miliar, atau setara Rp26,86 triliun.

Sedangkan pada 2021, total ekspor Indonesia ke Swiss nilainya US$1,70 miliar atau Rp25,58 triliun. Sedangkan total nilai impor Swiss ke Indonesia tercatat US$360,30 juta, atau Rp 5,42 triliun.

Artinya, neraca ekspor Indonesia ke Swiss pada 2022 meningkat 30,3 persen. Sedangkan neraca impor meningkat 18,9 persen ketimbang 2021 (year on year/yoy).

Peningkatan ekspor terjadi di beberapa komoditas, khususnya emas/logam mulia/perhiasan/permata (HS 71) sebesar 40,7 persen pada 2022. Itu berdasarkan data Federal Office for Customs and Border Security (FOCBS).

Sepuluh komoditas yang masih konsisten berkontribusi terhadap surplus neraca perdagangan Indonesia ke Swiss, berdasarkan urutan nilai ekspornya antara lain logam mulia, perhiasan/permata (HS 71), alas kaki (HS 64), produk tekstil bukan rajutan (HS 62), produk tekstil rajutan (HS 61), perlengkapan elektrik (HS 85), furnitur (HS 94), kopi (HS 0901), karet (HS40), mesin turbin/suku cadang (HS 84) dan minyak atsiri (HS 3301.29). Sedangkan kimia organik (HS 29) sudah tergeser oleh karet pada 2022.

Secara umum, performa perekonomian Swiss relatif baik pada 2022. Hal itu ditunjukkan dari pertumbuhan GDP sebesar 0,2 persen, namun menurut State Secretatriat for Economic Affairs (SECO) pada 2022, Swiss mengalami inflasi 1,2 persen, atau tertinggi sejak krisis keuangan pada 2008. “Beberapa harga komoditas (Swiss) naik, begitu juga dengan jasa dan perumahan,” pungkas Muliaman.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button