Dua raksasa otomotif Jepang, Honda Motor dan Nissan Motor, akan memasuki pembicaraan tentang merger. Aksi korporasi dilakukan guna menggenjot produksi mobil listrik (EV) keduanya dan membantu perusahaan bersaing dengan produsen EV lain seperti Tesla.
“Kedua perusahaan tersebut ingin beroperasi di bawah satu perusahaan induk dan akan segera menandatangani nota kesepahaman untuk entitas baru tersebut,” demikian laporan Nikkei Asia, seperti dikutip Jumat (20/12/2024).
Dilaporkan juga bahwa Honda dan Nissan tengah mempertimbangkan untuk membawa Mitsubishi Motors, di bawah perusahaan induk untuk menciptakan salah satu grup otomotif terbesar di dunia. Nissan sendiri merupakan pemegang saham utama Mitsubishi.
Meski demikian, Honda dan Nissan kompak mengeluarkan pernyataan yang mengatakan bahwa mereka masih ‘menjajaki berbagai kemungkinan untuk kolaborasi di masa mendatang’. Kedua perusahaan mengatakan tengah ‘memanfaatkan kekuatan masing-masing’.
Sebelumnya pada Maret, produsen mobil nomor dua dan tiga Jepang itu mempererat hubungan ketika setuju untuk menjajaki kemitraan strategis pada kendaraan listrik.
Selain Tesla, para analis mengatakan langkah tersebut ditujukan untuk mengejar rival-rival China seperti BYD yang telah mencuri perhatian pada kendaraan listrik sementara perusahaan-perusahaan Jepang telah kehilangan posisi dengan lebih berfokus pada kendaraan hybrid.
China menyalip Jepang sebagai eksportir kendaraan terbesar di dunia pada 2023 lalu. Mobil listrik memberi kontribusi besar ke Negeri Tirai Bambu itu.
Di bulan Mei lalu, Honda mengumumkan rencana untuk menggandakan investasi dalam kendaraan listrik menjadi US$65 miliar (sekitar Rp1.039 triliun) pada tahun 2030, bagian dari target ambisiusnya yang ditetapkan tiga tahun lalu untuk mencapai 100 persen penjualan mobil listrik pada tahun 2040.
Nissan pun telah mengisyaratkan ambisi serupa, dengan mengatakan pada Maret bahwa 16 dari 30 model baru yang rencananya akan diluncurkan selama tiga tahun ke depan akan menggunakan jantung pacu bertenaga listrik.
Raksasa otomotif dunia semakin memprioritaskan kendaraan listrik dan hybrid, dengan permintaan yang meningkat untuk model yang kurang berpolusi karena kekhawatiran tentang perubahan iklim meningkat.
Namun, pada saat yang sama, terjadi perlambatan di pasar EV karena kekhawatiran konsumen tentang harga yang tinggi, keandalan, jangkauan, dan kurangnya titik pengisian daya.
Mobil hybrid, yang menggabungkan tenaga baterai dan mesin pembakaran internal, telah terbukti sangat populer di Jepang, menyumbang 40 persen penjualan pada tahun 2022. Tetapi fokus perusahaan Jepang pada kendaraan hybrid telah membuat mereka berada di jalur lambat dalam memenuhi keinginan yang meningkat untuk kendaraan listrik murni.
Hanya 1,7 persen mobil yang terjual di Jepang pada tahun 2022 adalah mobil listrik. Adapun di pasar Eropa Barat hanya 15 persen terjual, sedangkan di AS cuma 5,3 persen.