News

Biden Kunjungi Korsel, Korut Bersiap Uji Coba Rudal Nuklir

Intelijen AS memperkirakan Korea Utara kemungkinan akan melakukan uji coba nuklir atau uji coba rudal jarak jauh saat lawatan Presiden Joe Biden ke Korea Selatan (Korsel) dan Jepang pada pekan ini.

Melansir Reuters, Kamis (19/5/2022), Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan mengatakan, Biden tidak akan mengunjungi Zona Demiliterisasi (DMZ) yang memisahkan Korut dan Korsel selama kunjungannya.

Mungkin anda suka

“Kami sedang mempersiapkan segala kemungkinan,” kata Sullivan dalam pengarahan di Gedung Putih waktu setempat.

Biden akan memulai perjalanannya pada Jumat (20/5/2022) besok hingga 24 Mei. Ini menjadi kunjungan pertama Biden ke Asia sebagai Presiden AS.

Biden dijadwalkan akan bertemu Presiden Korsel Yoon Suk-yeol. Dalam pertemuan itu menurut Sullivan, Amerika Serikat siap untuk melakukan penyesuaian jangka pendek dan jangka panjang terhadap postur militer seperlunya.

“Untuk memastikan bahwa kami memberikan pertahanan dan kekuatan kepada sekutu kami di kawasan itu dan bahwa kami menanggapi setiap provokasi Korut,” katanya.

Sebelumnya, para pejabat AS dan Korsel mengatakan Korut tampaknya bersiap untuk menguji rudal balistik antarbenua (ICBM) menjelang perjalanan Biden ke Korsel, bahkan ketika negara itu memerangi wabah besar COVID-19.

Wakil Penasihat Keamanan Nasional Korsel Kim Tae-hyo mengatakan tes semacam itu tampaknya sudah dekat dan seorang pejabat AS mengatakan itu bisa terjadi pada Kamis atau Jumat.

Kim Tae-hyo mengatakan ‘Rencana B’ telah disiapkan jika terjadi uji coba rudal tersebut.

Uji coba senjata dapat mengganggu fokus perjalanan Biden yang lebih luas pada China, perdagangan, dan masalah regional lainnya, dan menggarisbawahi kurangnya kemajuan dalam pembicaraan denuklirisasi dengan Korut, meskipun pemerintahannya berjanji untuk memecahkan kebuntuan dengan pendekatan praktis.

Korut telah melakukan uji coba rudal berulang kali sejak Biden menjabat tahun lalu. Tahun ini Korut melanjutkan peluncuran ICBM untuk pertama kalinya sejak 2017.

Sementara itu, upaya AS untuk mendorong sanksi internasional yang lebih keras telah menemui perlawanan dari Rusia dan China.

Analis mengatakan bahwa sementara pandangan China tentang sanksi mungkin berubah dengan uji coba nuklir lain, dukungan Rusia tampaknya tidak mungkin setelah kampanye sanksi yang dipimpin AS atas intervensi Moskow di Ukraina.

Yoon diharapkan mengupayakan jaminan yang lebih besar dari Biden bahwa Washington akan memperkuat deterensi yang diperluas terhadap Korut serta referensi ke payung senjata nuklir AS yang melindungi sekutu-sekutunya.

Pemerintahan Yoon juga telah meminta Washington untuk menempatkan lebih banyak aset strategis berkemampuan nuklir, seperti pengebom jarak jauh, kapal selam, dan kapal induk di wilayah tersebut.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button