Menjadi pemimpin itu, jangan hanya mikir enaknya. Sehingga lupa akan tugas utama sebagai pelayan rakyat. Ketika pensiun malah bikin susah hidup rakyat.
Pada Selasa (15/10/2024), warga Jatirejo, Kelurahan Mojosongo, Kecamatan Jebres, Solo, protes keras atas operasional Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) Putri Cempo, Solo yang diresmikan Gibran Rakabuming Raka pada 30 Oktober 2023.
Kala itu, Gibran menjabat Wali Kota Solo, ngotot membangun PLTSa yang kini malah menimbulkan masalah bagi warga sekitarnya. Limbah PLTSa yang dibanggakan Gibran itu, membuat warga mengalami gatal-gatal dan sesak nafas.
Kepala Divisi Internal Walhi Jawa Tengah (Jateng), Nur Cholis siap mendampingi warga yang menuntut Pemkot Solo bertanggung jawab. Segera tindaklanjuti keluhan warga tersebut.
Ia juga menilai proyek PLTSa Putri Cempo harus ditinjau ulang, karena terbukti merugikan warga setempat. “Energi baru-terbarukan ini nyatanya tidak seindah apa yang dicita-citakan,” kata Nur Cholis, dikutip Kamis (17/10/2024).
Sejak awal, kata Nur Cholis, Walhi konsisten memprotes rencana Gibran membangun PLTSa di Mojosongo itu. Namun, Gibran seolah menutup kuping atas desakan Walhi.
Padahal, kata dia, baik Walhi maupun warga tidak percaya klaim Pemkot Solo yang menyebut PLTSa Putri Cempo adalah pembangkit listrik ramah lingkungan.
“Sejak awal kami menyadari pembakaran sampah ini pasti mengeluarkan emisi karbon yang toksik dan itu akan membuat sesak nafas untuk warga di sekitarnya dan jangka panjangnya bisa menyebabkan kanker kalau terus terpapar terus-menerus,” kata dia.
Tak hanya Walhi jateng, kata Nur Cholis, BEM Universitas Sebelas Maret (UNS) juga mendukung perjuangan warga Jatirejo agar PTSa Putri Cempo ditutup saja.
Menurut Slamet Widodo, salah satu warga Jatirejo, dampak limbah dari operasional PLTSa Putri Cempo mulai terasa sekitar dua hingga tiga pekan terakhir.
“Ada limbah padat hitam itu membuat warga sesak nafas, batuk pilek dan gatal-gatal. Melihat anak batuk-batuk parah sampai nggak tega. Kami sangat terganggu,” kata Slamet.
Sejak dua bulan terakhir, kata Slamet, PLTSa Putri Cempo mendatangkan sampah dari Bali untuk diolah menjadi energi listrik. Limbah padat hasil pengolahan sampah itu pun, diduga dibuang di lahan terbuka yang berada di depan permukiman warga. “Limbahnya hitam seperti arang dan baunya minta ampun. Kata mereka itu arang. Tapi baunya sangat menyengat,” kata Slamet.
Selain limbah padat, kata dia, PLTSa Putri Cempo juga diduga mengeluarkan limbah cair yang dibuang langsung ke sungai di belakang PLTSa. Celakanya, sungai tersebut bermuara ke Sungai Bengawan Solo.
“Sejak PLTSa Putri Cempo membuang limbah cair, tumbuhan-tumbuhan di bibir sungai mengering. Limbah cair itu kalau kita bakar langsung menyala seketika,” kata dia.
Saat ini, kata Slamet, limbah cair tersebut ditengarai sudah mencemari air tanah di beberapa rumah warga. “Di beberapa tempat, air yang biasa dipakai menyiram tanaman sudah tidak bisa lagi. Kalau disiram pakai air itu malah mati,” kata dia.
Sementara itu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Pemkot Solo, Kristiana Hariyanti tak membantah soal limbah yang ditimbulkan PLTSa Putri Cempo. Perwakilan DLH juga sudah menemui warga untuk mendengar keluhan mereka.
“Kami sudah melakukan pengawasan dan sudah menggandeng tenaga ahli lingkungan dari UNS. Memang kami temukan pencemaran itu,” kata Kristiana.
Menurut Ana, sapaan karibnya, limbah padat yang dihasilkan PLTSa Putri Cempo memang meningkat hingga melebihi kapasitas pengolahannya. Akibatnya, limbah tersebut harus ditampung sementara di lahan yang tersedia.
Pemkot pun telah memanggil PT Solo Citra Metro Plasma Power (SCMPP) selaku operator PLTSa Putri Cempo. Menurut Ana, PT SCMPP sepakat untuk menutup limbah padat tersebut dengan pagar.
“Tenaga ahli kami merekomendasikan agar dibuat pagar dan limbah itu disemprot air supaya debu tidak mencemari udara. Dan mereka sudah menyetujui rekomendasi itu,” kata dia.
Ana juga mengakui limbah cair dari PLTSa Putri Cempo mencemari anak sungai Bengawan Solo. Sejatinya, PT SCMPP sudah memiliki instalasi pengolahan air limbah (IPAL) untuk mengolah limbah cair tersebut namun ada faktor hujan yang membuatnya luber ke lingkungan sekitar.
“Hanya kan kemarin-kemarin hujan deras sehingga ada limpasan dari bak IPAL itu yang keluar ke lingkungan sekitar,” kata dia.
Ana bilang, PT SCMPP bersedia untuk membenahi IPAL mereka. “Sudah kita buatkan berita acara dan disepakati untuk segera memperbaiki IPAL yang di sana. Mereka berjanji akhir Oktober ini sudah selesai,” kata Ana.