Bisakah Gencatan Senjata Empat Israel dan Hamas Diperpanjang?

Bisakah Gencatan Senjata Empat Israel dan Hamas Diperpanjang?

Gencatan senjata antara Israel dengan Hamas memasuki hari terakhir dengan serangkaian pertukaran sandera dan tahanan. Apakah gencatan senjata dapat diperpanjang? Semuanya akan bergantung pada tingkat kepercayaan kedua belah pihak.

“Harapan? Tentu saja. Kepercayaan diri? Saya akan lebih berhati-hati,” kata Dr Jean-Loup Samaan, peneliti senior di Institut Timur Tengah Universitas Nasional Singapura mengenai kemungkinan penambahan waktu gencatan senjata di Palestina, mengutip Channel News Asia (CNA), Senin (27/11/2023).

Pada Minggu (26/11/2023), Hamas membebaskan 17 sandera yang ditahan di Gaza, termasuk seorang gadis Amerika Serikat berusia empat tahun, yang merupakan bagian dari kelompok lebih besar yang ditangkap ketika pejuang Hamas menyerang Israel pada 7 Oktober. Sebagai imbalannya, Israel membebaskan 39 warga Palestina, semuanya adalah warga remaja Palestina, menurut media lokal.

Hamas mengatakan mereka ingin memperpanjang gencatan senjata jika ada upaya serius untuk meningkatkan jumlah tahanan Palestina yang dibebaskan oleh Israel. Sementara Presiden Amerika Serikat Joe Biden juga berharap jeda pertempuran dapat berlanjut selama para sandera dibebaskan.

“Sejak awal gencatan senjata, idenya adalah bahwa ini akan menjadi proses hari demi hari untuk membangun kepercayaan di kedua sisi, agar pertukaran sandera dan tahanan dapat berhasil,” kata Dr Samaan kepada CNA938.

Namun, ia mencatat bahwa pemerintah Israel masih mengindikasikan kesiapannya untuk melanjutkan operasi militer di Gaza. “Saya berasumsi kalaupun diperpanjang, itu hanya untuk beberapa hari lagi. Pada tahap ini, kita tidak akan mempunyai skenario apa pun seperti gencatan senjata permanen,” kata Dr Samaan.

Meskipun ada beberapa perbedaan pendapat mengenai pemilihan sandera yang akan dibebaskan di kedua belah pihak, hal itu hanyalah “detail kecil”, katanya, seraya menambahkan bahwa pengaturan tersebut secara keseluruhan telah berjalan dengan baik.

Belum ada pelanggaran besar terhadap ketentuan gencatan senjata dalam beberapa hari terakhir, sehingga memberikan harapan akan adanya potensi perpanjangan gencatan senjata, kata Dr Samaan.

Beri Kesempatan Bagi Reorganisasi Hamas 

Dr Anas Iqtait, dosen ekonomi dan ekonomi politik Timur Tengah di Universitas Nasional Australia, mengatakan kepada CNA Asia First pada Senin (27/12/2023), bahwa jeda dalam pertempuran akan memberikan kesempatan kepada Hamas untuk berkumpul kembali. Jalur Gaza telah mengalami kerusakan parah dan gencatan senjata akan memungkinkan Hamas untuk melakukan reorganisasi.

“Penting untuk disebutkan bahwa sistem pemerintahan Jalur Gaza dijalankan oleh Hamas, dan ini mencakup hal-hal seperti layanan kesehatan, pendidikan – yang telah ditangguhkan sejak awal perang – dan layanan kota lainnya dan sejenisnya,” katanya.

Dari sudut pandang pemerintahan dan kemanusiaan, gencatan senjata telah memberikan kelonggaran yang sangat dibutuhkan bagi warga Palestina di tengah pemboman besar-besaran, yang telah menghancurkan sebagian besar infrastruktur dan membuat sebagian besar penduduk di utara Gaza mengungsi.

Sementara itu, jumlah total tahanan Palestina di Israel belum dapat dikonfirmasi, kata Dr Iqtait. Lebih dari 2.000 orang telah dipenjara di Tepi Barat sejak 7 Oktober, ketika Hamas melancarkan serangan mendadak terhadap Israel, kata direktur Klub Tahanan Palestina, Qadura Fares, kepada Associated Press.

Dr Iqtait menjelaskan bahwa sebagian besar tahanan Palestina diadili di pengadilan militer Israel, termasuk anak-anak, dan mereka ditahan dengan berbagai dalih, termasuk pelemparan batu, demonstrasi ilegal, protes dan menolak penangkapan.

“Konteksnya sangat penting di sini. Tepi Barat dan Jalur Gaza jelas berada di bawah pendudukan militer Israel, dan (bagi) warga Palestina, aturan yang mereka jalani adalah aturan militer Israel, termasuk pemenjaraan mereka,” katanya.

Dia mencatat bahwa pengadilan militer Israel memiliki tingkat hukuman yang tinggi yaitu lebih dari 97 persen, dan ketika dihadapkan dengan tuduhan, mereka yang dituduh tidak dapat membela diri dengan baik dan tidak melalui sistem pengadilan yang adil.

Dr Samaan mencatat bahwa pembebasan sandera adalah taktik yang digunakan oleh Hamas, dan merupakan “kelanjutan perang dengan cara lain”. Kelompok tersebut akan berusaha semaksimal mungkin untuk memperpanjang gencatan senjata dengan memperlambat pembebasan sandera, termasuk menahan sandera AS dan perwira militer Israel yang mereka tangkap, tambahnya.

“Ini juga salah satu alasan mengapa pada akhirnya masalah ini bisa terurai dan kita bisa melihat kembalinya operasi militer,” katanya. Jika Hamas melihat bahwa operasi militer pada akhirnya akan berlanjut, mereka mungkin akan menyandera para sandera dan menggunakan mereka sebagai tameng manusia dari serangan Israel, kata Dr Samaan.

Dia mencatat pentingnya keterlibatan AS dalam kesepakatan tersebut. Amerika Serikat, bersama Mesir dan Qatar, telah memainkan peran penting dalam memfasilitasi perdamaian antara Hamas dan Israel .

Pemerintah AS terlibat langsung karena ada sejumlah warga AS di antara para sandera yang ditahan oleh Hamas, kata Dr Samaan. “Selain itu, ada harapan yang jelas di pihak AS dari pemerintahan Biden bahwa apa yang kita lihat dengan gencatan senjata ini adalah kemungkinan deeskalasi (konflik),” katanya.

“Ada keinginan yang sangat jelas dari Gedung Putih untuk mengurangi tingkat operasi militer yang telah kita lihat selama seminggu terakhir.”

Sumber: Inilah.com