Badan PBB yang mengelola bantuan kemanusiaan untuk para pengungsi Palestina (UNRWA) mengingatkan, pengepungan Israel yang telah berlangsung tiga minggu di Jalur Gaza di bulan Ramadan ini telah membawa daerah kantong itu semakin mendekati krisis kelaparan akut.
“Setiap hari tanpa makanan, Gaza semakin dekat dengan krisis kelaparan akut,” tulis Philippe Lazzarini, Kepala Badan PBB UNRWA di X, Minggu (23/3/2025). Ia menambahkan bahwa warga Palestina di daerah kantong itu bergantung pada impor bantuan melalui Israel untuk kelangsungan hidup mereka.
“Setiap hari yang berlalu tanpa masuknya bantuan berarti semakin banyak anak tidur dalam keadaan kelaparan, penyakit menyebar, dan kekurangan semakin parah,” lanjutnya. Ia mencatat bahwa pelarangan bantuan Israel merupakan bentuk hukuman kolektif terhadap Gaza, yang menyoroti korban sipil, khususnya pada wanita dan anak-anak.
Lazzarini mendesak Israel untuk mencabut pengepungannya, meminta agar para tawanan dibebaskan, dan menuntut agar bantuan kemanusiaan dan pasokan komersial didatangkan “tanpa gangguan” dan “dalam skala besar”.
Badan-badan bantuan, kelompok-kelompok hak asasi manusia, dan negara-negara Arab telah mengecam keputusan Israel menghentikan bantuan yang masuk ke daerah kantong itu. Tindakan itu dinilai melanggar kesepakatan gencatan senjata dan hukum internasional. Beberapa pihak juga mengatakan bahwa tindakan Israel sama saja dengan menggunakan kelaparan sebagai senjata perang.
Fase Pertama Kelaparan
Pihak berwenang setempat memperingatkan Rabu pekan lalu bahwa Jalur Gaza secara resmi memasuki fase pertama kelaparan, yang berdampak pada kehidupan hampir dua juta warga Palestina.
Jurnalis yang berbasis di Gaza, Abubaker Abed, adalah salah satu dari banyak warga yang mengumumkan bahwa mereka kekurangan gizi akibat blokade Israel. “Saya didiagnosis menderita malnutrisi dan harus berbaring di tempat tidur selama beberapa hari terakhir. Karena sistem kekebalan tubuh saya juga lemah dalam situasi seperti ini, malnutrisi bagaikan hukuman mati,” tulisnya dalam unggahan media sosial, Minggu.
Abed telah mendokumentasikan serangan Israel dan kondisi kemanusiaan di daerah kantong tersebut sejak dimulainya perang. Blokade Israel, yang bertepatan dengan dimulainya bulan suci Ramadan, terjadi di tengah seruan Israel untuk memperpanjang fase pertama kesepakatan gencatan senjata, meskipun kesepakatan tersebut sudah berakhir pada 1 Maret.
Bantuan yang pernah mengalir ke Jalur Gaza setelah gencatan senjata disepakati pada bulan Januari kini terhenti total. Organisasi seperti Program Pangan Dunia mengungkapkan mereka tidak dapat mengangkut pasokan makanan apa pun sejak 2 Maret. Seiring berlanjutnya blokade, makanan menjadi semakin langka, dan harga-harga barang yang tersedia meningkat.
Tentara Israel juga memperbarui serangannya pada Selasa pekan lalu, menewaskan lebih dari 700 warga Palestina dalam serangan udara lanjutan dan menghancurkan gencatan senjata yang hanya berlangsung selama 58 hari.