BMKG Ungkap Kebenaran di Balik Isu Gempa Megathrust Besar!


Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menegaskan bahwa pembahasan mengenai potensi gempa di zona megathrust tidak menunjukkan bahwa gempa besar akan terjadi dalam waktu dekat. 

Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono, menjelaskan bahwa topik ini bukanlah bentuk peringatan dini yang mengindikasikan adanya gempa besar dalam waktu dekat.

“Pembahasan tentang potensi gempa di zona megathrust saat ini bukanlah peringatan dini yang menunjukkan bahwa gempa besar akan segera terjadi. Tidak demikian,” jelas Daryono dalam unggahannya di media sosial X pada Kamis (15/8).

Zona megathrust sendiri adalah wilayah pertemuan antar-lempeng tektonik di zona subduksi, di mana satu lempeng bergerak di bawah lempeng lainnya. Zona ini umumnya berada di bawah lautan dan berpotensi menimbulkan gempa besar serta tsunami yang dahsyat.

Dalam keterangan tertulisnya pada Minggu (11/8), Daryono juga membahas potensi gempa besar di Megathrust Nankai, Jepang, yang berkekuatan Magnitudo 7,1, sambil menyinggung potensi gempa di zona megathrust di Indonesia. Ia menyoroti dua zona megathrust yang memiliki “seismic gap” atau jeda waktu yang lama sejak gempa besar terakhir, yaitu Megathrust Selat Sunda (M 8,7) dan Megathrust Mentawai-Siberut (M 8,9).

“Potensi gempa di kedua segmen megathrust ini dapat dikatakan ‘tinggal menunggu waktu’ karena sudah ratusan tahun tidak terjadi gempa besar di wilayah tersebut,” ujar Daryono. Namun, ia segera mempertegas bahwa “tinggal menunggu waktu” tidak berarti gempa besar akan segera terjadi.

Daryono menekankan bahwa hingga saat ini belum ada teknologi yang mampu memprediksi waktu terjadinya gempa. Pihaknya hanya menyoroti dua segmen megathrust yang belum melepaskan energinya.

“Kami tidak dapat memprediksi kapan gempa akan terjadi, karena teknologi untuk itu belum ada. Kami hanya menyatakan ‘menunggu waktu’ karena segmen-segmen sumber gempa di sekitarnya sudah melepaskan energinya, sedangkan segmen tersebut belum,” jelasnya.

Dalam pernyataan pers sebelumnya, Daryono juga menekankan pentingnya mitigasi bencana gempa bumi dan tsunami untuk mengurangi risiko dampak bencana, dengan harapan dapat mencapai “zero victim” atau tidak ada korban jiwa dalam bencana yang mungkin terjadi.