Market

BPS: Biaya Sekolah Naik Tinggi Tiap Tahun, Investasi Bisa Jadi Solusi

Kamis, 04 Agu 2022 – 22:42 WIB

BPS: Biaya Sekolah Naik Tinggi Tiap Tahun, Investasi Bisa Jadi Solusi

Naiknya biaya pendidikan tiap tahun harus disikapi dengan cerdas oleh para orang tua.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) pada Juni 2022, menyebutkan, Indeks Harga Konsumen (IHK) kelompok pendidikan naik 1,68 persen ke level 109,62 (yoy). Biaya pendidikan makin mahal, orang tua dibikin pusing.

Sedangkan untuk pendidikan menengah dan tinggi, menunjukkan adanya inflasi tahunan terbesar yakni 2,30 persen. Fenomena ini harusnya menjadi acuan bagi para orang tua untuk lebih merencanakan anggaran pendidikan untuk sang buah hati.

Head of Advisory & Investment Connoisseur Moduit, Manuel Adhy Purwanto menyarankan agar para orang tua untuk gemar menabung. Merupakan bentuk investasi pendidikan untuk anak. Akan lebih baik jika dilakukan sedini mungkin.

“Investasi untuk tujuan pendidikan anak lebih awal akan lebih baik & tidak bisa hanya ditabung karena tabungan kita akan kalah dengan kenaikan biaya pendidikan secara tahunan,” ujar Manuel, Jakarta, Kamis (4/8/2022).

Kuncinya, kata Manuel adalah kesabaran, konsistensi dan money management. Pilihan instrumen investasi yang sesuai tentu saja sangat menentukan kesuksesan dalam memenuhi kebutuhan masa depan pendidikan anak.

“Agar tak tergerus inflasi, para orang tua harus bisa mengalokasikan kekayaannya pada produk investasi yang memberikan imbal hasil atau return lebih tinggi dibandingkan laju inflasi,” ungkapnya.

Pilihan investasi yang menjaga nilai kekayaan nasabah tersebut, menurut Manuel, adalah dengan berinvestasi di reksa dana. Modal awal bisa Rp10 juta dan rutin menanamkan investasi Rp1 juta. Dengan asumsi hasil reksa dana saham 14 persen per tahun. Setelah 17 tahun, nasabah reksa dana berpotensi meraup cuan hampir Rp1 miliar.

“Selain reksa dana saham, masyarakat bisa memilih sejumlah produk investasi melalui platform Moduit, diantaranya reksa dana pendapatan tetap untuk orang yang memiliki toleransi risiko cenderung moderat dengan tujuan investasi jangka menengah-panjang, juga reksa dana berbasis pasar uang bagi mereka yang cenderung konservatif,” ungkapnya.

Terkait potensi return, Manuel mengingatkan, tiap produk investasi biasanya berbanding lurus dengan tingkat risiko. Semisal, reksa dana saham memiliki potensi risiko lebih tinggi ketimbang reksa dana jenis lain. Namun, potensi return-nya juga lebih tinggi. Sebaliknya reksa dana pasar uang yang minim risiko, memiliki tingkat return lebih rendah.

“Untuk itu, dalam mengatur investasi untuk pendidikan anak ada baiknya dana tidak dialokasikan hanya pada satu jenis reksa dana, tapi dibagi menurut profil risiko dan kebutuhan,” imbuhnya.

Untuk kebutuhan anak saat masuk sekolah dasar atau menengah, lanjutnya, para orang tua bisa memilih reksa dana pendapatan tetap. Sementara untuk kebutuhan biaya awal tahun ajaran, bisa membeli reksa dana pasar uang. “Sementara reksa dana saham dialokasikan untuk anak saat masuk di bangku kuliah hingga selesai,” pungkasnya.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button