Paruh pertama 2024, PT Garuda Indonesia (Persero/GIAA) Tbk membukukan kerugian bersih US$101,65 juta. Atau naik 32,88 persen (33 persen) secara tahunan atau year on year (yoy).
Di sisi lain, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatatkan kenaikan jumlah penumpang pada Januari-Agustus 2024 sebesar 1,4 persen.Ketika jumlah penumpang naik, Garuda seharusnya mendapatkan manfaat.
Dengan asumsi nilai tukar (kurs) Rp16.394000/US$, kerugian yang mendera GIAA setara 1,6 triliun.
Karena keuangan Garuda terus dirundung tekor, berdampak kepada terjun bebasnya harga saham GIAA, menjadi US$0,00111, atau setara Rp18,20 per saham.
Dari sisi topline, pendapatan usaha Garuda mengalami kenaikan 18,26 persen secara tahunan (yoy), menjadi US$1,62 miliar. Atau setara Rp26 triliun.
Hanya saja, beban operasional, pemeliharaan, hingga biaya kebandaraan, angkanya bengkak. Alhasil, tak ada margin bersih yang dicatatkan, sebagaimana dikutip dari laporan keuangan GIAA, Rabu (2/10/2024).
Secara operasional, Garuda mengalami rugi sebelum pajak mencapai US$112,95 juta (Rp1,8 triliun), dengan rugi periode berjalan sebesar US$100,35 juta (Rp1,6 triliun).
Pencapaian ini membuat defisit rugi Garuda, terus meningkat dalam neraca keuangan. Beban ekuitas pun mengalami defisiensi modal US$1,38 miliar (Rp22 triliun).
Namun, Direktur Utama GIAA, Irfan Setiaputra tak mau disalahkan atas tekor besar yang melanda maskapai penerbangan pelat merah yang dipimpinnya itu.
Dia bilang, Garuda sukses mencatatkan peningkatan pendapatan usaha sebesar 18,26 persen (yoy), menjadi US$1,62 miliar atau Rp26 triliun di paruh pertama 2024.
Di mana, pendapatan penerbangan berjadwal mencapai US$1,27 miliar, atau Rp20,3 triliun. Naik 15,72 persen (yoy).
Sedangkan pendapatan penerbangan tak terjadwal mencapai US$177,97 juta (Rp2,8 triliun), ditambah pendapatan lainnya US$167,6 juta (Rp2,7 triliun).
“Hingga pertengahan 2024, secara bertahap berhasil mengimplementasikan sejumlah langkah strategis optimalisasi kinerja, baik dari aspek layanan maupun aspek operasional,” ujar Irfan, Jakarta, Selasa (1/10/2024).
Ya. boleh saja Irfan berkelit. Tapi, laporan keuangan perusahaan menyebut kenaikan kerugian perseroan nyaris 33 persen.
Data BPS periode Januari-Agustus 2024 mencatat jumlah penumpang pesawat domestik sebanyak 42 juta orang. Atau naik 1,50 persen dibandingkan periode sama pada 2023 yang mencapai 41,4 juta orang.
Jumlah penumpang terbesar, menurut BPS, terjadi di Soekarno-Hatta (Soetta) yang mencapai 12,3 juta orang. Atau 29,14 persen dari keseluruhan penumpang domestik.
Selanjutnya, Bandara Juanda (Surabaya), sebanyak 3,5 juta penumpang, atau 8,37 persen dari keseluruhan penumpang domestik.
Itu baru dari penumpang domestik. Jumlah penumpang internasional, menurut BPS, juga mengalami kenaikan 12,46 persen secara bulanan (month to month/mtm), atau 1,8 juta orang. Kalau secara tahunan, naiknya 19,31 persen.