MarketNews

Bukalapak Tekor Terus, Kaimuddin Mundur Feeling Perusahaan Mau Bangkrut

Mundurnya Direktur Utama PT Bukalapak.com Tbk (BUKA), M Rachmat Kaimuddin, bikin heboh. Kabarnya, perusahaan rugi besar. Mau gulung tikar?

Pada 28 Desember 2021, kalangan pengusaha geger dengan mundurnya Kaimuddin dari Bukalapak. Manajemen BUKA menyebutkan, alasan di balik mundurnya Kaimuddin lantaran memilih mengabdi kepada negara alias bekerja di pemerintahan.

Sebagai informasi, Kaimuddin yang pria tamatan Massachusetts Intitute of Technology (MIT) dan Stanford University tersebut itu, merupakan salah satu pemegang saham di BUKA.

Dari prospektus perusahaan, Kaimuddin adalah pemiliki 104,29 juta lembar saham BUKA, atau setara 0,10% dari total saham beredar. Proses pengunduran diri nantinya akan berproses berdasarkan peraturan yang berlaku dan untuk saat ini Rachmat masih memimpin BUKA.

Namun dalam masa transisi, Wilix Halim sebagai Chief Operating Officer (COO) didapuk untuk menjadi Pelaksana Tugas Dirut BUKA. BUKA merupakan emiten sektor teknologi yang bergerak di bidang e-commerce.

Harga Saham BUKA

Startup yang didirikan Achmad Zaky pada satu dekade silam, resmi menyandang status sebagai perusahaan publik pada 6 Agustus 2021. Lewat penawaran perdana (IPO), BUKA berhasil mengantongi suntikan modal hingga Rp 22 triliun. Dalam debutnya harga saham BUKA melesat tinggi hingga menyentuh level auto reject atas (ARA).

Harga saham BUKA sempat menyentuh level tertingginya di Rp 1.325/unit pada hari kedua setelah listing. Artinya harga saham BUKA naik sekitar 56% dari harga IPO di Rp 850/unit.

Namun setelah itu harga saham BUKA mengalami nasib tragis karena masuk fase bearish alias turun terus. Hingga perdagangan terakhir tahun ini (30/12) harga saham BUKA tutup di Rp 430/unit. Dengan kinerja tersebut saham BUKA sudah ambles 49% dari harga IPO-nya dan anjlok hampir 68% dari harga tertingginya.

Selayaknya startup yang fokus pada ekspansi besar-besaran dan membangun ekosistem BUKA masih terus “bakar duit”. Hingga September 2021, BUKA berhasil membukukan kenaikan pendapatan sebesar 42% year on year (yoy) dari Rp 948,4 miliar menjadi Rp 1,35 triliun.

Namun, kenaikan pendapatan juga beriringan dengan peningkatan beban pokok pendapatan yang melesat hampir 2,3x dari Rp90,98 miliar menjadi Rp208,4 miliar per September tahun ini.

Selain beban pokok pendapatan yang meningkat fantastis, beban penjualan dan pemasaran BUKA juga mengalami peningkatan dari Rp 1,09 triliun menjadi Rp 1,32 triliun atau naik 21% (year on yera/yoy).

Kontribusi peningkatan beban penjualan dan pemasaran ini paling banyak oleh mitra dan subsidi fitur yang menyumbang 66% dari total ongkos marketing and selling BUKA. Angkanya pun naik 85% (yoy) pada periode yang sama. Atas capaian kinerja tersebut BUKA masih mencatatkan kerugian Rp1,13 triliun pada September 2021. Rugi bersih yang dialami BUKA membaik dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp1,38 triliun.

 

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Iwan Purwantono

Mati dengan kenangan, bukan mimpi
Back to top button