Arena

Bukan EPL atau La Liga, Serie A Kini Kompetisi Paling Kompetitif di Eropa

Meski banyak pengamat atau pecinta sepak bola menilai jika Liga Inggris adalah liga sepak bola paling sengit dan kompetitif di Eropa. Namun, kenyataanya tentu tidaklah demikian. Predikat itu kini layak untuk Liga Italia Serie A, liga yang justru kalah pesona dari Liga Inggris dan Liga Spanyol dalam dua dekade terakhir.

Bagi penggemar sepak bola Italia, ini mengisyaratkan kembalinya hari kejayaan liga pada 1980-an-2000-an.

Meskipun tenggelam dalam bayang-bayang Liga Premier dan La Liga, Serie A kini punya daya tariknya sendiri. Musim ini, tidak ada yang berani sesumbar menjagokan salah satu tim peserta untuk meraih scudetto alias gelar juara.

Pekan ke-26 kemarin saja Liga Italia telah menyuguhkan banyak kejutan. Maka tidak perlu ada keraguan bahwa kompetisi kasta tertinggi di Negeri Spaghetti itu layak menjadi liga terbaik di eropa musim ini.

Mari kita telisik dengan kondisi Inter Milan. Sang juara bertahan, yang sempat paling terfavorit menjadi juara, justru tengah menggelepar.

Dalam tiga laga terakhir di Serie A, “I Nerazzurri” hanya mengemas satu poin dari potensi sembilan poin yang bisa diraih. Wajar jika mereka kalah dari AC Milan dan imbang melawan Napoli karena kedua lawannya itu adalah rival-rival terdekat untuk meraih gelar. Namun, tidak demikian dengan laga versus Sassuolo, akhir pekan lalu.

Gettyimages 1371796151 612x612 - inilah.com
Simone Inzaghi (kanan) saat pertandingan Inter Milan vs Sassuolo di Stadion Giuseppe Meazza, Milan Minggu (20/02)

Inter dan Sassuolo ibarat mobil sedan mewah bermesin turbo versus city car. Nilai skuad Inter, yaitu 9,5 triliun, adalah tiga kali lipat dari total pemain Sassuolo, tim peringkat ke-11 di Serie A saat ini. Nyatanya, Inter dipermalukan, Sassuolo, 0-2. Sudah begitu, kekalahan itu diderita Inter di kandangnya sendiri, Stadion Giuseppe Meazza, Milan.

Daya Pikat Seri A

Inilah salah satu daya pikat Serie A. Meski tidak seglamor era 1990-an melihat tim seperti Sassuolo, yang nyaris tidak punya bintang besar dan banyak mengandalkan produk akademinya sendiri, mampu menjungkir-balikkan logika. Bukan sekali itu saja Sassuolo mengalahkan tim raksasa.

Mereka sebelumnya juga menjungkalkan AC Milan dan Juventus, dua tim tradisional lainnya yang tiga dekade terakhir silih berganti menguasai Liga Italia. Gilanya pula, kemenangan Sassuolo itu terjadi di kandang lawan-lawannya itu.

Gettyimages 1237943984 612x612 - inilah.com
AC Milan vs Juventus

Jika Serie A hanya Sassuolo dan enam tim papan atas, maka Sassuolo dapat menjadi kandidat sebagai juara terkuat.

Mereka sebelumnya juga menang atas Lazio dan meraih poin dari Napoli. Sassuolo adalah salah satu pencipta “keseimbangan” dalam persaingan juara di Liga Italia saat ini.

Namun, Sassuolo tidaklah sendirian menciptakan elemen kejutan itu.

Tim-tim papan bawah lainnya, seperti juru kunci Salernitana dan Cagliari, juga turut andil dalam menciptakan persaingan terbuka di Liga Italia musim ini. Kedua penghuni zona degradasi itu, di luar dugaan, mampu menahan imbang tim-tim di papan atas.

Milan tersandung melawan Salernitana, 2-2, lalu terakhir, Napoli kehilangan poin dari Cagliari pada laga Selasa (22/2/2022) dini hari WIB. Padahal, Napoli bisa mengudeta Milan dari puncak klasemen jika meraih poin penuh pada laga itu.

Perburuan Gelar dan Pemain Bintang

Melihat tingkat persaingan pada kompetisi musim ini tidak ada yang sama kompetitifnya di eropa berbanding dengan Liga Premier hanya memiliki tiga pesaing nyata, Bayern satu-satunya pesaing di Bundesliga dan PSG sekali lagi berkuasa di Ligue 1.

Sementara Spanyol meski kompetitif, Anda tidak bisa tidak merasakannya lebih karena penurunan Real Madrid dan Barcelona, ​​​​daripada peningkatan kualitas secara keseluruhan, seperti yang terlihat di Serie A.

Tidak hanya liga yang sangat kompetitif tetapi setiap tim memiliki cerita uniknya sendiri, membuat perasaan pihak yang netral menjadi bingung memfavoritkan tim mana untuk juara.

Seperti raksasa tidur Fiorentina dan AC Milan belakangan akhirnya telah  terbangun. Underdog yang suka memberi kejutan, Atalanta, adalah tim kota kecil yang sampai pada titik ini melalui rekrutmen cerdas yang konsisten dan sepak bola yang sangat menarik. Roma dan Lazio memilih pelatih dua legenda sepak bola Italia, Jose Mourinho dan Maurizio Sarri sedang berjuang untuk bisa mencapai empat besar demi tike Liga Champion.

Gettyimages 1235521337 612x612 - inilah.com
Maurizio Sarri (kiri) dan Jose Mourinho (Kanan) Foto: Gettyimages

Semua cerita dari klub-klub ini digabungkan dengan fakta bahwa Serie A bukan hanya tempat bagi para bintang di masa senja karier mereka, tetapi juga bintang-bintang muda yang cemerlang seperti Dusan Vlahovich, Rafel Leao, Gianluca Simeone yang merupakan anak dari Diego Simoenoe.

Perpaduan unik antara  pemain veteran yang berpengalaman dan muda ini memungkinkan berkembangnya banyak tim. Dengan Zlatan merevolusi AC Milan; dalam hal sikap dan komitmen.

Salah satu yang mungkin paling diremehkan adalah striker timnas Italia Ciro Immobile bagaimana ia menjadi salah satu striker yang konsisten terus memuncaki daftar pencetak gol di Serie A.

Mengutip dari Opta, 140 gol Immobile merupakan yang terbanyak ketiga di lima liga top Eropa sejak dirinya direkrut Lazio pada 2016/2017 atau setidaknya dalam lima tahun tahun terakhir.

Torehan pemain berusia 31 tahun tersebut selevel dengan Cristiano Ronaldo.

Sementara, Lionel Messi berada di peringkat kedua dengan 163 gol, lalu Robert Lewandowski menjadi yang tertajam dengan 179 gol.

Kompetisi Terbaik versi IFFHS

Melanjutkan fenomena prestisius Serie A ini juga dipertegas riset Federasi Statistik dan Sejarah Sepak Bola Internasional (IFFHS) yang menunjuk Liga Italia sebagai kompetisi sepak bola terbaik dunia untuk tahun 2020. Itu mereka umumkan pada tahun lalu. Sukses Serie A menjadi kompetisi terbaik pada 2020 berhasil menggeser Premier League, yang meraih gelar sebagai kompetisi terbaik edisi 2019.

Selain itu media di eropa juga banyak menilai jika Serie A menjadi satu-satunya anomali. Bukan hanya satu, dua, atau tiga tim, yang berpotensi juara. Lima tim, yaitu Milan, Inter, Napoli, Juventus, dan Atalanta, punya peluang juara. Selisih poin Milan dan tim peringkat ketiga,

Napoli, misalnya, kini hanya dua poin. Juventus, yang sempat hilang dari persaingan juara dan terpuruk di papan bawah, mulai bangkit dan hanya tertinggal 9 poin dari Milan. Ironisnya, kelima tim itu, juga Atalanta, kehilangan poin pada akhir pekan lalu.

Kesimpulannya, tingkat kompetisi yang luar biasa, alur cerita yang menarik, dan sepak bola yang mengasyikkan, semuanya membuat Serie A menjadi liga paling menarik di Eropa. Dengan perasaan apa pun bisa terjadi dan siapa yang berakhir di puncak klasemen pada Mei nanti.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Ibnu Naufal

Menulis untuk masa depan untuk aku, kamu dan kita.
Back to top button