Arema FC melontarkan kekecewaan mendalam usai insiden pelemparan batu ke bus tim Persik Kediri yang terjadi selepas laga pekan ke-32 Liga 1 2024/2025 di Stadion Kanjuruhan, Malang, Minggu (12/5/2025). Kejadian memalukan itu mencoreng laga bertajuk Derbi Jawa Timur yang menjadi pertandingan perdana Arema kembali bermarkas di Kanjuruhan pasca Tragedi Kanjuruhan 1 Oktober 2022 yang menewaskan 135 jiwa.
General Manager Arema FC, Yusrinal Fitriandi, mengungkapkan kekecewaannya dan menyatakan bahwa pihaknya tengah mengevaluasi kemungkinan tidak lagi menggunakan Stadion Kanjuruhan sebagai kandang dalam waktu dekat.
“Kami kecewa dengan sejumlah pihak yang terlibat dalam pertandingan kemarin. Semua kerja keras kami untuk membawa Arema FC pulang ke Malang terasa sia-sia dengan adanya insiden ini,” ujar Yusrinal dalam pernyataan resmi klub, Selasa (13/5/2025).
Arema Merasa Tidak Dihormati di Rumah Sendiri
Yusrinal mengaku manajemen telah berupaya keras menjaga eksistensi klub yang nyaris kolaps karena harus menjadi tim musafir selama hampir tiga musim terakhir. Namun insiden yang terjadi justru menambah luka.
“Kami sudah berdarah-darah mempertahankan Arema FC dalam masa-masa sulit tanpa pemasukan. Tapi saat kami kembali, bukan sambutan hangat yang kami terima, melainkan caci maki dan tuntutan berlebihan,” tegasnya.
Ia juga menyesalkan adanya tudingan bahwa manajemen bertanggung jawab penuh atas insiden tersebut, padahal kejadian terjadi di zona 4, luar area stadion yang di luar kewenangan panitia pelaksana (Panpel).
Sindiran Pedas untuk Suporter
Yusrinal pun menyentil suporter Arema yang selama tiga tahun terakhir hilang dukungan langsung karena Arema terusir dari Malang. Ia menilai saat tim kembali pun yang didapat justru ekspektasi berlebihan tanpa diimbangi dukungan nyata.
“Suporter itu seharusnya pendukung, tapi yang kami temui justru tuntutan kesempurnaan tanpa memahami kondisi klub yang serba terbatas,” tandasnya.
Evaluasi Besar Arema FC
Dampak dari kejadian ini, manajemen Arema FC akan mengevaluasi berbagai aspek penyelenggaraan pertandingan, termasuk rencana kembali bermarkas di Kanjuruhan yang kini dipertimbangkan ulang.
“Kami benar-benar kapok. Situasi ini membuat kami berpikir ulang untuk menjadikan Kanjuruhan sebagai rumah Arema FC lagi dalam waktu dekat,” tutup Yusrinal.
Insiden ini menjadi catatan hitam yang mengiringi kembalinya Arema ke Kanjuruhan, sekaligus menjadi sinyal keras bagi berbagai pihak untuk lebih serius mengelola aspek keamanan dan edukasi suporter di sepak bola Indonesia.