Ketua bidang Ekonomi PP Muhammadiyah, Buya Anwar Abbas menilai debat pilpres putaran IV, Minggu (21/1/2024), belum muncul adanya gagasan yang betul-betul brilian.
“Kita sudah mendengarkan dua kali debat capres dan dua kali debat cawapres. Intinya menyorot kebijakan dan langkah pemerintah dan kebijakan serta langkah apa yang akan mereka buat kalau diperaya rakyat,” kata Buya Anwar, Jakarta, Jumat (26/1/2024).
Dia mengatakan, sebenarnya, banyak ide dan gagasan bagus yang mencuat dari capres maupun cawapres. Sayangnya, landasan dari gagasan itu, dinilainya, tidak jelas.
Pertanyaan besar publik adalah, akan mereka bawa ke mana negeri ini? Kebanyakan apa yang mereka sampaikan, berayun antara dua idiologi yakni liberalisme atau kapitalisme,” ungkap Buya Anwar.
Sebagai calon pemimpin Indonesia, kata Wakil Ketua Umum (Waketum) MUI itu, para capres dan cawapres itu, harus menjadikan Pancasila dan Konstitusi sebagai landasan bagi gagasan besarnya.
“Untuk itu, hal-hal tersebut tentu harus menjadi perhatian kita semua terutama para calon pemimpin. Agar negeri ini tercipta apa yang menjadi keinginan kita bersama. Yaitu terwujudnya keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia dalam segala sisi dan dimensi, termasuk ekonomi,” kata Buya Anwar.
Selanjutnya dia menyebut sejumlah pemimpin yang punya gaya ekonomi khas. Misalnya, Bung Hatta terkenal dengan sistim ekonomi sosialisme versi indonesia, atau oleh Sri Edi Swasono disebut dengan sistim ekonomi sosialisme religius. “Yang menurut Mubyarto disebut sistim ekonomi Pancasila. Nah, kalau para calon pemimpin kita, arahnya seperti apa,” ungkapnya.
Leave a Reply
Lihat Komentar