News

Buya Syafii Maarif dan Potret Kesederhanaan, Cerita Sepeda sampai KPR

Dari presiden sampai rakyat biasa, kehilangan sosok Buya Syafii Maarif, bapak bangsa dengan sederet pemikiran besar namun tetap hidup dalam kesederhanaan.

Potret kesederhanaan Buya Syafii Maarif sejak kemarin (Jumat, 27/5/2022) terus berseliweran di media sosial. Mulai dari kesehariannya naik sepeda, menggunakan KRL untuk bepergian jauh, hingga cerita rumah KPR yang mengelus dada, menitikan air mata. Sosok panutan yang jauh dari gelimang harta.

Penyandang gelar master Universitas Ohio AS dan doktor di Universitas Chicago AS itu jamak dikenal dengan kesehariannya yang jauh dari fasilitas mentereng.

Sebuah video yang diunggah oleh akun Twitter @budhihermanto merekam momen Buya Syafii sedang berkendara menggunakan sepeda. Video tersebut diunggah pada 30 Agustus 2021 lalu.

Budhi Hermanto merupakan Direktur di Perkumpulan Masyarakat Peduli Media.

“Saya gak berani menyalip pengendara sepeda bertopi merah ini, ketemu di kompleks Perumahan Nogotirto, semoga beliau selalu diberi kesehatan, berkah,” tulis @budhihermanto dalam unggahannya.

Kolega Buya Syafii, Erik Tauvani, pernah berkata bahwa Buya Syafii memang terbiasa menggunakan sepeda ke pasar untuk belanja kebutuhan sehari-hari, membeli obat, membayar listrik, hingga pergi ke bank.

Potret kesederhanaan Buya Syafii lainnya tergambar ketika ia naik Commuter Line untuk bepergian, duduk berdesakan dengan penumpang lainnya. Padahal Buya Syafii mantan orang nomor satu di Muhammadiyah. Kalau cuma diantar naik mobil, bukan perkara sulit untuknya.

Momen itu terjadi pada 12 Agustus 2017 saat Buya memilih naik KRL dari Tebet menuju Bogor.

Buya Syafii Maarif Saat Menaiki Krl Lintas Bogor, (foto Dok. Asmul Khairi) - inilah.com
Buya Syafii Maarif Saat Menaiki Krl Lintas Bogor, (foto Dok. Asmul Khairi)

Kisah itu diceritakan Direktur Eksekutif MAARIF Institute, Abdullah Darraz. Buya sempat mengabari Darraz saat akan ke Jakarta untuk menghadiri peluncuran program BPIP.

Darraz bercerita, ia sudah menawarkan agar Buya Syafii diantar oleh sopir Maarif Istitute, tetapi Buya Syafii menolak dan memilih naik kereta ke Bogor agar tidak merepotkan orang lain.

“Buya selalu merasa tidak enak dan tidak mau merepotkan teman-teman MI (Maarif Institute), terutama supir MI, karena hari Sabtu adalah hari libur. Padahal di MI ada sistem lembur dan sopir MI disiap-sediakan untuk mengantar-jemput Buya kapan pun,” kata Darraz.

Cerita kesederhanaan Buya Syafii lainnya yang dibagikan saat sang bapak bangsa itu berpulang adalah tentang rumah KPR miliknya di Yogyakarta.

Kisah Buya Syafii ini disampaikan Muhidin M Dahlan melalui cuitan di akun Twitternya, @dahlan_muhidin.

“Rumah Buya Syafii Maarif di Nogotirto, Yogya itu dibayar cicil alias KPR 15 tahun. Sejak 1985 atau 3 tahun sepulang dari Chicago. Lunas di tahun 2000. Sementara, jadi Ketua PP Muhammadiyah pd 1998. Hah, saat jd ketua, masih ngangsur. ‘Bayarnya selalu tepat waktu’ katanya,” tulis Muhidin M Dahlan.

Potret kesederhanaan Buya Syafii masih terus beredar di Twitter. Tak perlu penjelasan dan kata-kata puitis untuk menggambarkan kesederhanaan beliau.

Tak hanya soal kesederhanaan yang tergambar dalam sejumlah foto, pluralisme beliau, juga tampak dari banyaknya pelayat yang datang ke Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta saat disemayamkan, sebelum dimakamkan. Mulai dari Pastur, Pendeta sampai Biarawan turut hadir menyampaikan duka, mengantarkan doa untuk sang cendikiawan.

Buya Syafii meninggal dunia di RS PKU Muhammadiyah Gamping, Sleman, Yogyakarta, dan telah menjalani perawatan sejak 14 Mei 2022 yang lalu karena sesak napas. Pada Maret 2022, Buya Syafii juga sempat dirawat rumah sakit yang sama karena mengalami serangan jantung ringan.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Ivan Setyadhi

Dreamer, Chelsea Garis Biru, Nakama, Family Man, Bismillah Untuk Semuanya, Alhamdulillah Atas Segalanya
Back to top button