Kanal

Catatan Kecil Pasca-KTT G20

Jika perdagangan dan investasi tidak naik signifikan, maka pertemuan KTT G20 Bali cuma menghabiskan biaya dan hanya ajang kumpul-kumpul mahal pejabat dan pimpinan negara yang tergabung dalam forum G20 tersebut.

Oleh: Prof Didik J Rachbini (Ekonom Indef)

Hampir semua mendapatkan kesan positif terhadap perhelatan G20, terutama pentas seni dan kemeriahan dari satu acara ke acara lainnya. Pertemuan G20 ini sangat meriah seperti acara puncak penyerahan Piala Oscar dengan tokoh-tokoh dan bintang-bintang indola yang terkenal. Bahkan pertemuan ini lebih dari pesta para bintang film tersebut.

Tidak bisa dipungkiri bahwa KTT G20 adalah usaha yang bersifat global untuk membangun jembatan komunikasi, kerjasama, perdamaian, kesejahteraan bagi dan antar-20 negara besar tersebut. Peristiwa ini sangat penting sebagai fondasi kerjasama global antara bangsa anggota G20, dan juga kerjasama lebih luas dengan negara-negara lainnya  dengan harapan dinamika ekonomi, perdagangan, investasi secara keseluruhan terus berkembang didorong oleh kekuatan kumpulan ekonomi besar (large economy) 20 negara ini.

Tetapi untuk lebih bersifat kritis, apakah pertemuan para tokoh dan bintang tersebut bermanfaat untuk bangsa-bangsa dan dapat memecahkan masalah global yang paling berat? Untuk menjawab iya, kita masih ragu. Masalah paling krusial soal perang sama sekali tidak disentuh, dan para pempimpin itu semua tidak mampu menyelesaikan masalah ini. Ini masalah berat yang ada di depan mata seluruh pimpinan 20 negara tersebut. Masalah paling utama di kancah global ini tidak terpecahkan dalam KTT. Bahkan usaha untuk menyesaikan masalah tersebut bisa dikatakan absen. KTT ini bisa dikatakan tidak bermakna sebagai solusi konflik Rusia Ukraina, yang dampaknya sangat luas dan bersifat semesta global.

Namun, apakah pantas mempertanyakan dan mengharap KTT tersebut dan para pimpinannya ambil bagian dari upaya perdamaian dan bisa menyelesaikan masalah perang Rusia Ukraina? Jawabannya bisa dikatakan bahwa pertanyaan tersebut berlebihan. Tetapi jika dibalik lagi, siapa lagi pempimpin yang lebih kuat dari kumpulan pimpinan negara-negara G20 tersebut? Jadi, publik wajar dan layak kritis untuk mempertanyakan masalah paling kritis seperti ini.

KTT G20 bersifat sebagai fondasi dan bahkan jembatan komunikasi antarbangsa dan para pemimpinnya. Pertemuan tersebut layak disebut baik dan positif untuk semua. Tetapi jika berhenti pada pertemuan itu saja, maka  jauh dari memadai dan tidak cukup sebagai solusi masalah-masalah bersama. Seperti membangun rumah, jika cuma fondasi dan tiang-tiangnya saja, tidak berguna untuk tempat tinggal, tidak berfungsi sebagai solusi meski mengeluarkan biaya banyak untuk pertemuan. Karena itu harus ada kerja turunannya di level menteri, gubernur, pengusaha, dan pihak terkait lainnya.

Jika soal krusial perang tidak bisa selesai di KTT ini, maka kerjasama ekonomi paling penting untuk ditindaklanjuti pasca pertemuan ini, sebab 20 negara ini dikumpulkan karena ukuran ekonominya. Sebagai contoh transisi ekonomi hijau yang ditawarkan Presiden AS Biden perlu tindak lanjut dengan harapan ada keuntungan ekonomi bagi Indonesia dan mitranya AS. Juga kebijakan friend shoring perlu ditanggapi lanjutan. Tapi pemerintah kan tidak mengerti apa kebijakan yang ditawarkan negara mitranya. Buktinya tidak satu pun menteri menjawab soal ini, friend shoring dan ekonomi hijau

Jika perdagangan dan investasi tidak naik signifikan, maka pertemuan KTT Bali cuma menghabiskan biaya dan cuma kumpul-kumpul mahal pejabat dan pimpinan negara yang tergabung dalam forum G20 tersebut.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button