Market

Cek Empat Bandara di NTT, Menhub Budi Dorong Pariwisata Hidup Lagi

Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi meninjau empat bandara yang berada di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Langkah Menhub Budi mendorong pariwisata.

Keempat bandara yang disinggahi adalah Bandara Komodo di Labuan Bajo, Bandara Mali di Alor, Bandara Fransiskus Xaverius Seda di Maumere, dan Bandara Sultan Muhammad Kaharuddin di Sumbawa Besar, Jumat (14/1/2022).

“Selain untuk membuka konektivitas antar wilayah, dari dan ke NTT, keberadaan bandara-bandara tersebut akan mendukung sektor pariwisata dan perhelatan internasional seperti Motocross, G20 dan ASEAN Summit 2023,” kata Menhub Budi dalam keterangannya di Jakarta, Jumat (14/1/2022).

Menhub Budi mengatakan, saat ini, tengah dilakukan sejumlah pengembangan di Bandara Komodo, baik di sisi darat yakni perluasan terminal penumpang, maupun di sisi udara seperti perpanjangan landas pacu (runway) dari sepanjang 2.250 meter menjadi 2.650 meter, apron, taxiway, drainase, pagar bandara, dan fasilitas lainnya.

Ditargetkan pengembangan tersebut akan selesai pada Maret 2022. “Bandara Komodo dikembangkan untuk mendukung pariwisata dan juga mendukung kegiatan side event G20,” ujarnya.

Sementara, Bandara di Alor, Maumere, dan Sumbawa Besar, juga tengah dilakukan pengembangan baik dari sisi darat maupun udara.
Pengembangan Bandara di Sumbawa Besar dilakukan untuk mendukung perhelatan Motocross MXGP pada tahun ini.

“Keberadaan bandara-bandara ini diharapkan mampu menciptakan konektivitas, sekaligus menggeliatkan perekonomian masyarakat NTT dan sekitarnya,” katanya.

Saat ini, Bandara Mali di Alor memiliki panjang runway 1.600m yang dapat didarati pesawat jenis ATR-72 dan appron 100 m x 40 m. Kemudian, Bandara Fransiskus Xaverius Seda, Maumere memiliki panjang runway 2.250 m yang dapat dilandasi oleh pesawat B737-500, Taxiway 76.5 m x 30 m dan Apron 200 m x 120 m. Sedangkan Bandara Sultan Muhammad Kaharuddin memiliki panjang runway 1.800 m, apron 80 x 160 m yang mampu menampung 4 pesawat ATR 72.

 

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Iwan Purwantono

Mati dengan kenangan, bukan mimpi
Back to top button