Hangout

Cerita Ibu yang Anaknya Meninggal karena Gagal Ginjal, Berawal dari Paracetamol Sirop

Kasus gagal ginjal misterius pada anak terjadi di sejumlah daerah di Indonesia, termasuk di Sulawesi Utara. Bahkan, seorang anak berusia 2 tahun 7 bulan tercatat meninggal akibat penyakit ini.

Curie Mamonto Loho, Ibu dari balita tersebut, bercerita tentang bagaimana penyakit tersebut merenggut nyawa sang buah hati. Anak perempuannya yang  bernama Melody itu meninggal 31 Juli lalu.

Balita itu sebelumnya sempat mendapat perawatan intensif di dua rumah sakit berbeda selama 6 hari.

Curie menyebut putrinya masih tampak sehat dan berinteraksi serta bermain seperti sedianya pada Senin 18 Juli. Akan tetapi sehari berselang anak keduanya itu mulai menunjukkan tanda-tanda penurunan kesehatan hingga berujung pada demam.

“Jadi saat itu dia mulai demam, dan di tanggal 19 itu kami konsultasi ke dokter. Konsultasi via Wa karena kami memiliki dokter keluarga,” kata dia mengawali cerita dikutip inilah.com dalam akunnya, Jumat (21/10/2022).

Minum obat paracetamol sirop

Berdasarkan rekomendasi dokter keluarga, Curie diminta untuk memberi putrinya itu obat pereda demam jenis Paracetamol sirop.

Namun anehnya, demam Melody tak kunjung turun. Selang satu jam mengonsumsi obat sirup tersebut, Melody kembali mengalami demam tinggi.

Bahkan hingga dua hari berselang tepatnya di tanggal 21 Juli 2022, kesehatan Melody masih tak menunjukkan perubahan.

“Dokter keluarga menyarankan untuk diberikan tambahan antibiotik. Anti biotiknya diminum Tiap pagi dan malam hari. Cuman, saat minum antibiotik itu dia masih dalam keadaan demam,” sambung Curie.

Terhitung 3 hari kemudian, Curie semakin curiga dengan demam yang menjangkit anaknya. Bukan tanpa sebab, penggunaan antibiotik pun tak berefek apa-apa terhadap sang putri.

Mujur, di hari keempat atau tepatnya tanggal 25 Juli 2022, Curie seolah mendapat secercah harapan lantaran Melody tak lagi menderita demam. Mencermati hal itu, Curie kemudian menarik segala jenis obat baik Paracetamol dan Antibiotik bagi anaknya.

“Jadi Melody (mulai) bermain seperti biasa tapi agak malas makan. Minum Masih bagus,” sebutnya.

Sayangnya, Melody kembali menunjukkan gejala penurunan kondisi yang cukup signifikan setelah sehari dinyatakan tak lagi menderita demam. Gelagat Melody pun tampak berubah. Di mana yang biasanya bangun rutin di bawah jam 08.00 WIB kini bablas melewati waktu tersebut.

Indikasi awal demam

Curie dan suami lantas memutuskan membawa anak mereka ke Unit Gawat Darurat (UGD) rumah sakit setempat dan mendapati pemeriksaan darah. Curie awalnya berpikir, sang anak terjangkit penyakit demam bedarah atau pun malaria.

Hasil pemeriksaan awal menunjukkan sang anak terindikasi terjangkit demam tifoid atau paratifoid.

“Dokter mengatakan itu ‘gapapa sih, gapapa, tidak terlalu berbahaya’, jadi kami agak tenang, cuman dokter memberikan tawaran jadi boleh pulang dan merawat Melody di rumah saja,” terangnya.

Mencermati kondisi yang ada, Curie dan suami akhirnya urung membawa Melody ke rumah, lantaran takut demam tinggi seperti semula kembali menjangkit anaknya.

Melody pun menetap di rumah sakit dan harus diinfus akibat berkurangnya nafsu makan. Ia juga sempat pindah ke ruangan rawat inap dengan diberikan obat oral dari pihak rumah sakit pada Kamis, 27 Juli 2022.

“Setelah itu dia tetap sering mual muntah kayak makanan dia gak bisa terima lagi. Kami pun agak panik. Jadi akhirnya semua obat oral diganti jadi obat injeksi. Jadi ada infus dan injeksi,” sebutnya.

Curie pun mendapati jika anaknya tak lagi mengalami buang air kecil di hari yang sama. Namun, ia dan suami menduga hal tersebut merupakan perilaku wajar bagi anak yang mendapati sakit cukup berat.

Di hari berikutnya wajah ceria Melody pun makin berkurang. Ia sama sekali tak bernafsu makan hingga hanya mengkonsumsi ice cream yang disarankan dokter demi menjaga asupan makanan masuk ke tubuh sang anak.

“Melody pada saat itu, kami katakan ke perawat bahwa dia (tangannya) mulai bengkak. Jadi sebagian yang kiri bagian diinfus, tapi mereka bilang gapapa. Cuma lama kelamaan bengkak, jari-jarinya, dan mereka (perawat) pun melepas infus Melody,”

Lambat laun, dokter kemudian berniat kembali memeriksa darah Melody guna mengecek ginjalnya. Setelah diperiksa, hasil untuk darah lengkap tergolong normal. Hanya untuk hasil pemeriksan darah yang menjurus pada ginjal tak berhasil terlaksana oleh dokter lantaran kurangnya sampel darah yang didapatkan.

Pemasangan kateter

Sehari berselang, dokter menyarankan untuk memasang kateter pada Melody. Namun sayangnya, kateter untuk anak seusianya tak tersedia dan harus dicarikan ke rumah sakit lain.

Setelah beragam cara, kateter yang dicaripun berhasil didapat. Naasnya, perawat dan dokter anak yang menangani Melody tak mampu menjalankan tugasnya memasang alat tersebut sehingga harus melalui bantuan mertua dari Curia yang berlatar belakang dokter.

“Pas masang kateter ke Melody itu memang air seninya tidak ada yang keluar sama sekali. Dari situ kita lapor dokter. Dan jawaban dokter ia juga tidak tahu mau berbuat apa, jadi Melody harus dirujuk,” ungkapnya.

Melody pun dirujuk ke rumah sakit Kandung Malalayang. Dengan cermat tata penangan rumah sakit ini melakukan observasi hingga pemberian cairan Furosemide guna mengeluarkan cairan seni pada tubuh Melody.

Melody juga mendapati pemeriksaan darah dan prosedur penanganan gagal ginjal akibat surat rujukan dari rs sebelumnya juga menyertakan keterangan tersebut.

“Jadi dokter mengatakan ureumnya sudah tiga angka. Yang seharusnya di-50 sekarang ureum Melody di 182. Sedangkan kreatinin Melody yang katanya untuk seumur segitu di 0,5 tapi Melody sudah 8,4. Jadi artinya dua hal itu sudah melewati batas. Dan itu sudah gagal ginjal,”

Dokter sempat berniat melakukan pencucian darah terhadap Melody. Namun akibat berat badannya belum menyentuh 25 kilogran, hal itu urung terlaksana.

Pihak RS pun kembali mendatangi Curie dan suami untuk menanyakan kemungkinan untuk memasangkan putrinya alat ventilator dan alat bantu lainnya.

Namun, seakan sudah mengikhlaskan untuk menerima keadaan, Curie dan suami sepakat untuk tidak menggunakan beragam alat tersebut.

“Jadi suami menandatangani bahwa kami tidak akan memakai ventilator dan memakai alat bantu lain untuk membuat dia bertahan hidup. Kalau dia meninggal, dia akan meninggal secara normal,” tandasnya.

Beragam pola penanganan RS rujukan itu pun tak mampu menyelamatkan nyawa sang putri cantik dari Curie. Ia dan suami harus merelakan kepergian anak bungsunya itu pada, Senin, 31 Juli 2022 sekitar pukul 07.45 WIB.

“Jadi Melody kembali lagi, dia pulang kepada Bapa di Surga,” tutur Curie sembari berkaca-kaca.

Curie dan suami pun mengaku telah merelakan kepergian putri satu-satunya itu. Ia berharap kejadian ini tak akan terulang dan menjangkit anak-anak yang berada di luar sana. Curie juga enggan menyalahkan berbagai pihak atas kematian anaknya.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button