News

Cerita Mbah Harun, Menggapai Mimpi Haji di Usia 119 Tahun

Pagi yang berangin di Asrama Haji Sukolilo Surabaya, seorang kakek berusia 119 tahun berjalan dengan langkah tertatih namun penuh semangat menuju pintu keluar Gedung F1. Tangannya dipegang erat oleh Musdi, keponakannya. Mereka sama-sama menantikan petualangan spiritual mereka ke Tanah Suci. Kakek itu bernama Harun bin Senar, calon jemaah haji tertua dari Indonesia untuk musim haji tahun ini.

Harun, pria kelahiran 1 Juli 1904 asal Desa Pangbatok, Madura, mewakili Indonesia dalam perjalanan spiritual ini. Di hari pertama kedatangannya ke asrama, ia mengenakan batik haji Indonesia berwarna hijau kombinasi ungu, kopiah hitam kombinasi oranye, dan sarung coklat tua. Terlepas dari faktor usia yang membuat pendengarannya agak terganggu, semangat Harun tidak padam. Bahasanya adalah bahasa Madura, bahasa ibunya.

“Kakek Harun tidak bisa Bahasa Indonesia. Ngomongnya juga agak sedikit keras agar beliau dengar,” ujar Musdi, keponakannya bercerita, sebagaimana diwartakan kantor berita Antara, Kamis (25/5/2023).

255 Haji1 (1) - inilah.com

Harun memiliki rutinitas sederhana di rumah – ia berjualan ayam di pasar. Namun, ketika sudah mulai beranjak tua, ia memilih berjalan kaki. Harun kebanyakan tertunduk, tasbih digital putihnya melingkar di jari tengah tangan kanannya, seolah menjadi penanda ketekunan dan dedikasinya pada keyakinan dan kepercayaan.

Perjalanan Harun ke Tanah Suci bukanlah perjalanan yang mudah. Meski ia telah mendaftar haji pada 2017 dan diberi jatah berangkat pada 2046, kebijakan pemerintah yang memprioritaskan jemaah berusia lanjut mempercepat perjalanannya. Tanpa ragu, ia menjual dua sapi betinanya untuk memenuhi biaya haji dan berharap bisa berhaji bersama keponakannya.

Tidak ada masalah medis khusus yang harus diperhatikan Harun, kecuali vitamin C dan rekomendasi beristirahat yang cukup. Dalam hal makanan, ia tidak memilih, yang penting ada sayur dan kuah. Air putih hangat adalah minumannya yang disukai, terutama yang hasil dimasak.

Harun memiliki memori yang kuat tentang perjuangan rakyat Indonesia melawan penjajah. Bahkan, ia masih bisa menyanyikan lagu “Nippon” dengan jelas. Pengalamannya saat sekolah sering mendapat pelajaran Bahasa Jepang, bukan Bahasa Melayu.

Impian lama Harun pergi ke Mekkah dan Madinah seakan memenuhi kekosongan yang ditinggalkan oleh enam istri yang telah meninggal. Kini, ia berharap untuk menunaikan rukun Islam kelima dan berdoa kepada Allah untuk memberikan keberkahan, untuk dirinya, keluarga, kerabat, masyarakat Pamakesan, Jawa Timur, dan bangsa Indonesia secara umum.

Gubernur Khofifah kagum

Keberadaan Harun dalam rombongan jemaah calon haji tahun ini tidak luput dari perhatian Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa. Ia kagum mengetahui bahwa Harun masih bisa membaca Alquran dan rutin melakukan shalat malam.

“Ternyata, Mbah Harun ini rutin membaca Alquran dan tanpa kaca mata. Karena memang waktu beliau banyak, sehingga setiap saat bisa membaca Alquran. Kemudian beliau juga istikamah melakukan shalat malam,” ucap Khofifah.

Kekaguman Khofifah muncul saat Harun menolak kursi roda. Menurutnya, semangat Harun yang luar biasa harus menjadi contoh bagi kita semua. Ia berdoa agar Harun dan semua jemaah calon haji Indonesia, khususnya asal Jatim, diberikan kesehatan, kelancaran, dan menjadi haji yang mabrur.

Ketua Pimpinan Pusat Muslimat Nahdlatul Ulama  itu menekankan pentingnya memberikan perhatian lebih kepada jemaah lansia. Sebagai bagian dari komitmen ini, Pemerintah Provinsi Jatim melakukan berbagai upaya komprehensif untuk memberikan pelayanan maksimal bagi para jemaah calon haji, termasuk yang berusia lanjut.

Cerita Harun adalah cerita tentang perjuangan, keyakinan, dan dedikasi. Ia mewakili semangat Indonesia dalam perjalanan spiritual ini, menunjukkan bahwa tidak ada usia terlalu tua untuk mengejar impian dan melaksanakan kewajiban spiritual.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button