Pesenam kebanggaan Indonesia, Rifda Irfanaluthfi harus mengakhiri petualangannya di Olimpiade 2024 Paris lebih cepat, tersingkir di babak kualifikasi individual putri.
Rifda yang tampil di nomor All Around hanya bisa memainkan palang bertingkat dari empat alat yang wajib dicobanya. Di satu alat yang ia mainkan, Rifda mencatatkan 9,166 poin.
Meski demikian, Rifda mengaku bangga dengan perjuangannya sehingga ia dapat meninggalkan Paris dengan kepala tegak.
“Sekarang rasanya lebih tenang, saya sudah bisa membuktikan bisa tampil di Olimpiade. Saya senang bisa menahan rasa sakit sampai kompetisi selesai,” ujar Rifda dalam keterangan tertulis, dikutip, Rabu (31/7/2024).
Bagi Rifda, tampil di Olimpiade dan mencatatkan sejarah sebagai pesenam Indonesia pertama merupakan cita-citanya selama ini berkarir.
Perjuangan yang dilakukan Rifda untuk sampai ke Olimpide 2024 amatlah berat. Bahkan, saat bertanding pun ujian kembali menerpanya.
Atlet 24 tahun tampil sambil menahan rasa sakit akibat cedera di bagian meniskus dan ACL yang dialaminya. Bahkan, ia harus dibantu oleh pelatih, Eva Novalina saat posisi naik dan mendarat di palang bertingkat.
Awalnya ia diproyeksikan untuk tampil di seluruh alat. Namun, cedera menghambat langkahnya di pertandingan penting tersebut.
“Saya berharap bisa tampil di empat alat, tapi cedera lagi, dari nol lagi, bisa 3 alat lagi cedera lagi, sampai tampil di palang bertingkat saja tadi,” ujar dia.
Setelah tampil di World Championship yang membuatnya lolos ke Paris 2024, Rifda sempat menjalani operasi di bagian meniskus.
Namun, ia masih menyisakan cedera ACL yang belum dioperasi supaya bisa tampil di Olimpiade Paris 2024. Setelah menjalani rehabilitasi, terapi, penguatan, latihan seperti biasa, bulan lalu ia bisa memainkan semua gerakan di semua alat.
Tapi tiga minggu jelang keberangkatan ke Paris, Rifda kembali cedera. Lutut sang atlet membengkak, hingga sempat membuatnya stress.
Tiga hari jelang keberangkatan, kondisi Rifda dikabarkan sudah membaik, bahkan bisa main di empat alat sesuai rencana pelatih. Namun, sampai di Paris, tepatnya di sesi latihan kedua ia kembali mengalami cedera.
Di sesi latihan kedua, Rifda kembali merasakan sakit yang amat hebat karena cedera usai melakukan lompatan vaulting.
Penanganan telah dilakukan secara maksimal oleh para dokter Tim Indonesia. Namun, kondisinya memang belum bisa pulih 100 persen, sehingga masih merasa sakit dan tidak memungkinkan turun di tiga alat.
Bahkan sehari menjelang pertandingan Rifda tidak mengikuti podium training atau latihan simulasi jelang pertandingan.
“Rasanya berat banget karena untuk bisa sampai di Olimpiade ini perjalanannya tidak mudah dan panjang sekali. Latihan keras dengan menahan rasa sakit, kondisi naik turun rasanya berat banget,” beber dia.