AC Milan semakin terpuruk setelah kekalahan dramatis 1-2 dari Lazio di San Siro, Senin(3/3) dini hari WIB. Hasil ini membuat Rossoneri terlempar ke peringkat sembilan klasemen sementara Serie A, dilewati oleh AS Roma. Pelatih Sergio Conceicao mengakui bahwa tekanan dari protes fans turut memengaruhi performa timnya.
Fans Milan Lakukan Aksi Protes
Sejak awal pertandingan, atmosfer di San Siro sudah tidak bersahabat bagi Milan. Curva Sud, kelompok ultras Milan, melakukan aksi boikot dengan mengosongkan tribun selama 15 menit pertama sebagai bentuk protes terhadap manajemen dan performa tim yang menurun. Tak hanya itu, sepanjang laga, para pemain Milan juga mendapat cemoohan dari suporter mereka sendiri.
Lazio membuka keunggulan lebih dulu melalui gol Mattia Zaccagni di menit ke-28. Milan sempat menyamakan kedudukan lewat sundulan Samuel Chukwueze di menit ke-86, meskipun mereka bermain dengan 10 orang setelah Strahinja Pavlovic dikartu merah. Namun, di menit ke-98, Pedro mengeksekusi penalti setelah Mike Maignan menjatuhkan Gustav Isaksen, memastikan kemenangan Lazio.
Conceicao: Ini Situasi Sulit
Usai pertandingan, Conceicao mengungkapkan bahwa tekanan dari fans turut berdampak pada mentalitas pemainnya.
“Ini bukan situasi yang mudah. Pemain merasakan atmosfer yang ada di sekitar klub. Satu-satunya jalan keluar adalah bekerja keras, menjaga kebanggaan untuk warna yang kami bela, dan memberikan segalanya setiap hari untuk mengubah keadaan ini,” ujar Conceicao kepada DAZN.
Pelatih asal Portugal itu juga menegaskan bahwa ia tidak ingin menyalahkan faktor keberuntungan, tetapi mengakui bahwa Milan beberapa kali mengalami insiden yang merugikan.
“Saya tidak suka berbicara tentang ketidakberuntungan, tetapi ada kejadian-kejadian yang terus berulang dan menguntungkan lawan,” lanjutnya.
Milan Sulit Memulai Laga dengan Baik
Milan kembali mengalami masalah dalam membangun ritme permainan sejak awal laga. Bahkan, mereka bisa saja tertinggal lebih dari satu gol di babak pertama. Ketika ditanya apakah aksi protes suporter semakin memperburuk situasi, Conceicao memberikan tanggapan jujur.
“Kami membicarakan hal yang sama. Saya punya waktu yang sangat sedikit untuk mempersiapkan tim. Ini pertama kalinya dalam karier saya menghadapi situasi seperti ini. Sebagai mantan pemain, saya tahu bagaimana rasanya bermain di tengah tekanan seperti ini,” katanya.
Meskipun begitu, Conceicao tetap memuji semangat juang anak asuhnya yang mampu menyamakan kedudukan meski bermain dengan 10 orang.
Salah satu kritik utama terhadap Milan musim ini adalah kurangnya keseimbangan antara menyerang dan bertahan. Banyak pemain yang terlalu fokus maju ke depan tetapi tidak menunjukkan intensitas yang sama saat bertahan.
“Kami sedang bekerja untuk memperbaiki itu. Soliditas pertahanan sama pentingnya dengan ketajaman serangan. Saya melihat ada pemain-pemain dengan kualitas teknik yang bisa membuat perbedaan di lini depan, tetapi mereka juga harus memiliki mentalitas untuk membantu pertahanan,” jelas Conceicao.
“Ini selalu menjadi filosofi saya sebagai pelatih, tetapi saya datang ke sini dan menemukan pemain dengan karakteristik yang berbeda. Saya sepenuhnya setuju dengan analisis tersebut,” pungkasnya.
Dengan kondisi ini, Milan harus segera bangkit jika masih ingin bersaing untuk tiket Liga Champions musim depan. Namun, dengan situasi internal yang semakin memanas, nasib Conceicao di kursi pelatih juga semakin berada di ujung tanduk.