Danantara, Tentang Memilih Orang yang Tepat


Bayangkan sebuah kapal megah yang bersiap mengarungi samudra luas, menghadapi badai dan gelombang yang tak terduga. Kapal ini adalah Danantara, Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara, yang baru saja mengumumkan susunan pengurusnya. Sebagai nakhoda dan awak kapal, mereka bertanggung jawab mengarahkan kapal ini menuju tujuan besar: mengelola aset negara senilai lebih dari $900 miliar dan mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 8% pada 2029. Namun, pertanyaannya adalah, apakah mereka adalah orang-orang yang tepat untuk tugas monumental ini?

Menempatkan Orang yang Tepat di Tempat yang Tepat

Jim Collins, dalam bukunya Good to Great, menekankan pentingnya prinsip “First Who, Then What”. Artinya, sebelum menetapkan visi dan strategi, organisasi harus memastikan bahwa mereka memiliki orang-orang yang tepat di posisi kunci. Collins berargumen bahwa memiliki individu yang tepat lebih penting daripada arah yang dituju; dengan tim yang tepat, organisasi dapat beradaptasi dan menemukan jalan terbaik menuju kesuksesan. Prinsip ini menekankan bahwa kesuksesan organisasi sangat bergantung pada kualitas individu yang terlibat di dalamnya.

Seringkali, pemimpin terjebak dalam pendekatan terbalik: menetapkan visi, misi, dan strategi terlebih dahulu, lalu baru memilih orang-orangnya. Dalam organisasi yang ingin bertransformasi dari baik menjadi hebat, yang terpenting adalah memilih orang-orang (“who”) terlebih dulu, dibandingkan menetapkan apa yang harus dilakukan (“what”). Kadang, praktik ini disalahartikan sebagai nepotisme atau “orang dalam”, padahal ini merupakan teori kepemimpinan yang telah teruji. Menurut teori ini, dalam memulai transformasi, seorang pemimpin hebat harus menentukan tim hebatnya terlebih dahulu. Dengan memulai memilih “siapa” daripada “apa”, pemimpin akan mampu beradaptasi dengan perubahan ekstrem. Saat kondisi sulit, jika sudah memiliki tim yang hebat, banyak masalah akan selesai dengan sendirinya, karena individu-individu ini selalu termotivasi untuk memberikan yang terbaik bagi organisasi. Collins menyatakan, “Visi yang hebat tanpa orang-orang hebat adalah tidak relevan.”

Susunan Pengurus: Antara Harapan dan Tantangan

Melihat langkah Presiden Prabowo dalam menyusun organisasi Danantara, tampak bahwa prinsip yang diusung Collins diterapkan. Beliau menetapkan tiga direksi utama yang tidak hanya memiliki reputasi cemerlang, tetapi juga memiliki kedekatan dan kepercayaan dari pemerintahan.

Rosan Roeslani ditunjuk sebagai CEO Danantara. Sebelumnya, Rosan menjabat sebagai Menteri Investasi dan Hilirisasi serta Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) dalam Kabinet Merah Putih Prabowo-Gibran yang dilantik pada Oktober 2024. Ia juga pernah menjabat sebagai Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat (2021-2023) dan Ketua Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN) periode 2015-2021.

Pandu Patria Sjahrir, yang ditunjuk sebagai Chief Investment Officer (CIO), adalah anak sulung dari ekonom Sjahrir. Pandu memiliki latar belakang kuat di sektor energi, menjabat sebagai eksekutif di PT Toba Bara Sejahtra Tbk, serta memiliki pengalaman sebagai analis senior di Matlin & Patterson.

Dony Oskaria, yang menjabat sebagai Chief Operating Officer (COO), memiliki rekam jejak yang impresif di dunia korporasi. Ia pernah menjabat sebagai CEO Hospitality & Entertainment CT Corp, Wakil Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk, dan Direktur Utama InJourney periode 2021-2024. Dony juga menjabat sebagai Wakil Menteri BUMN sejak 20 Oktober 2024.

Selain itu, terdapat pula nama-nama besar di tingkat global seperti ekonom ternama Jeffrey Sachs dan investor kawakan Ray Dalio yang bergabung sebagai penasihat. Dalam susunan Managing Director juga diisi oleh para profesional dengan rekam jejak karier dan pendidikan yang mentereng. Kehadiran tokoh-tokoh ini diharapkan dapat meningkatkan kredibilitas Danantara di mata investor global.

Langkah ini mencerminkan prinsip dalam Good to Great bahwa organisasi hebat menempatkan orang-orang terbaiknya pada peluang terbesar, bukan masalah terbesar. Dengan menempatkan individu-individu unggul pada posisi strategis, diharapkan mereka dapat memanfaatkan peluang besar dan membawa organisasi menuju kesuksesan.

Kepercayaan Publik: Fondasi Kesuksesan

Kepercayaan publik adalah modal utama bagi lembaga seperti Danantara. Tanpa kepercayaan, sulit bagi Danantara untuk menarik investasi dan dukungan masyarakat. Transparansi dalam pengelolaan, rekam jejak pengurus, dan komunikasi yang efektif menjadi kunci dalam membangun kepercayaan ini.

Pengalaman menunjukkan bahwa penunjukan individu dengan rekam jejak bermasalah dapat merusak reputasi lembaga. Misalnya, skandal 1MDB di Malaysia yang melibatkan dana investasi negara menjadi contoh bagaimana kurangnya transparansi dan integritas dapat menghancurkan kepercayaan publik dan investor. Oleh karena itu, penting bagi Danantara untuk memastikan bahwa pengurusnya memiliki integritas dan kompetensi yang tinggi.

Ketika menemukan pengurus yang tidak berintegritas dan dirasa bukan merupakan orang yang tepat, Collins juga mengingatkan ketika kita tahu bahwa perlu dilakukan perubahan orang, maka lakukanlah. Karena, Ketika kita membiarkan orang-orang yang tidak tepat tetap berada di posisinya, maka hal itu akan merepotkan seluruh tugas kepemimpinan kita. Orang-orang yang tidak tepat akan selalu menjadi pikiran bagi kita dan seringkali menghabiskan energi kita, sangat melelahkan.

Akhir kata, selamat bertugas pengurus Danantara semoga anda semua adalah Great People yang sudah dipilih oleh seorang Great Leader dan kami berharap Danantara bisa menjadi Great Organization yang membawa Indonesia menjadi Great Nation dan mencapai cita-cita Indonesia Emas 2045.