Kanal

Dari Ventilator, Pria Asal China Ini Terkaya di Singapura

Banyak pengusaha gagal dan akhirnya bangkrut karena Corona alias COVID-19. Namun, beda nasib dengan Li Xiting, pengusaha alat kesehatan yang kini menjadi orang paling tajir di Singapura.

Menurut Forbes.com, kekayaan Li menyentuh US$20,5 miliar, atau setara Rp292,12 triliun (kurs Rp14.250/US$). Dia untung besar lantaran saham Mindray, perusahaan alat kesehatan yang didirikannya bersama dua sejawatnya, yakni Xu Hang dan Cheng Mingh, harganya melonjak tajam.

Musababnya, banyak orang Singapura berbelanja ventilator bermerek Mindray. Selama pandemi COVID-19, brangkas duit Li bertambah US$1 miliar tiap bulan. Per April 2021, kekayaan Li menyentuh US$22 miliar.

Li yang lahir pada 1951 di Dangshan County, sebuah desa di Anhui, China. Ia mengenyam pendidikan tinggi dari Universitas Sains dan Teknologi China dengan gelar sarjana fisika.

Pada periode 1976-1987, Li bekerja sebagai peneliti yang membantu sarjana di institut di Wuhan, China. Ia juga sempat menjadi dosen tamu di Universitas Paris, Prancis, pada 1980-an.

Awalnya, Li adalah pekerja di perusahaan teknologi tinggi Anke Shenzhen, perusahaan milik negara yang sebagian didirikan oleh CAS. Perusahaan ini boleh dibilang menjadi pengembang perangkat medis rumahan pertama di China. Salah satu produk unggulannya, pemindai magnetic resonance imaging (MRI) pada 1989.

Pada 1991, Li memberanikan diri untuk membangun usaha sendiri. Namanya itu tadi, Mindray. Kontrak pertamanya senilai 360 ribu yuan. Dari sana, Mindray terus berkembang menjadi perusahaan yang memproduksi alat-alat medis berteknologi tinggi. Pada 2006, perusahaan sudah terdaftar di New York Stock Exchange, dan berhasil mengumpulkan dana segar hingga US$270 juta.

Selama bercokolnya Corona, Mindray berhasil menciptakan ventilator yang begitu diburu. Li sangat menutup kehidupan pribadinya. Tidak ada informasi keluarga dan anak-anaknya. Ia pun sudah menjadi warga negara Singapura, namun tidak diketahui sejak kapan.

Pada 2020, pria berusia 70 tahun itu masih bertengger menjadi orang terkaya kedua di negeri jiran, tetapi tahun ini ia sudah merangkak ke urutan pertama orang terkaya Singapura mengungguli Eduardo Saverin, Goh Cheng Liang, dan Zhang Yong & Shu Ping. Di dunia, ia menjadi orang terkaya ke-82 dan menjadi terkaya ke-19 di tanah kelahirannya, China.

 

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Iwan Purwantono

Mati dengan kenangan, bukan mimpi
Back to top button