Ketua Harian DPP Partai Gerindra, Sufmi Dasco Ahmad mengatakan para ketua umum partai politik (parpol) yang tergabung dalam Koalisi Indonesia Maju (KIM) sudah mengetahui pasangan mana yang akan diusung dalam Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jakarta. Diakuinya, nama tersebut baru akan diungkap ke publik sambil menunggu momen yang tepat.
“Nama-nama paslon itu juga hanya diketahui oleh para Ketua Umum Koalisi Indonesia Maju dan ini pada waktunya nanti akan disampaikan demikian,” kata Dasco di INews Tower, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (31/7/2024).
Dasco menyebut jika kontestasi Pilgub Jakarta, Gerindra sudah melakukan simulasi dengan beberapa pasangan calon. Namun, ia belum mau membeberkan siapa saja yang berpeluang didukung.
“Kalau kita ngomong Pilkada Jakarta itu kita sudah simulasikan ada beberapa nama paslon yang nantinya tergantung dinamika yang terjadi di Pilkada Jakarta,” ujarnya.
Sebelumnya, Direktur Eksekutif Indikator Politik Burhanuddin Muhtadi mengatakan, Ridwan Kamil (RK) lebih kompetitif untuk melawan Anies Baswedan di kontestasi Pilgub Jakarta, ketimbang Basuki Tjahaja Purnama (Ahok). Hal ini berdasar temuan dari hasil survei terbarunya.
Dalam survei terbaru Indikator ini nama Anies, Ahok, dan RK menjadi tiga nama teratas dari top of mind cagub Jakarta pilihan warga. Ketiganya memiliki elektabilitas masing-masing dengan perolehan Anies (39,7 persen), Ahok (23,8 persen), dan RK (16,15 persen).
Akan tetapi, ia mengatakan, ketika Ahok tidak masuk dalam simulasi, para pemilih Ahok akan beralih ke RK ketimbang Anies. “Suara RK langsung melonjak jadi 38,8 persen,” tutur dia saat merilis hasil survei secara daring, dipantau dari Jakarta, Kamis (25/7/2024).
Burhanudin mengatakan tren suara itu menunjukkan RK bisa menjadi saingan berat Anies untuk bersaing di Pilgub Jakarta ketimbang Anies melawan Ahok. “Meski Ahok nomor dua di bawah Anies dalam semua simulasi dan di atas Ridwan Kamil, tapi kalau melihat tren ini sepertinya RK lebih kompetitif jika melawan Anies ketimbang Ahok,” kata Burhanudin.
Menurut Burhanudin, riwayat kasus penistaan agama yang dilakukan Ahok pada 2016 silam masih membekas di masyarakat Jakarta. Burhanudin menyebut kasus itu membuat Ahok kesulitan menggaet suara dari kelompok muslim.
“Jawabannya karena Ahok punya historical burden terkait kejadian 2016-2017 dan itu yang membuat suara Ahok kaya semacam flat tidak mampu menarik basis pemilih muslim atau konservatif di Jakarta,” katanya.
Sekadar informasi, survei dilakukan ada 18-26 Juni 2024 dengan wawancara tatap mula. Populasi survei merupakan semua warga negara Indonesia di Jakarta yang memiliki hak pilih. Jumlah sampel mencapai 800 responden dengan penarikan sampel menggunakan teknik multi stage random sampling. Margin of error survei ini +- 3,5 persen dengan tingkat kepercayaan berada di angka 95 persen.