MarketNewsOtotekno

Data BI Diretas, Analis: Mayoritas Serangan Siber karena Kelalaian Pegawai

Analis ekonomi digital mengungkapkan, mayoritas serangan siber terjadi karena kelalaian pegawai atau staf dan bukan pada kelemahan teknologi. Begitu juga yang terjadi dengan kasus peretasan data Bank Indonesia (BI).

“Mayoritas serangan siber terjadi karena kelalaian pegawai atau staf, bukan pada kelemahan teknologi. Ini pun diakui oleh BI,” kata Ajisatria Suleiman, analis ekonomi digital dari Center for Indonesian Policy Studies kepada Inilah.com di Jakarta, Sabtu (22/1/2022).

Oleh karena itu, Aji menegaskan pentingya upaya untuk memperkuat budaya keamanan cyber dalam pemerintahan. “Ada urgensi untuk meningkatkan cyber security culture dalam praktik pemerintahan di Indonesia melalui pelatihan, serta awareness dan capacity building yang konsisten,” ujarnya.

Lebih jauh Aji mengapresiasi atas respons cepat BI dan Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) yang berhasil mengamankan data kritikal dalam sistem moneter dan pembayaran di bank sentral.

“Di lain sisi, pemerintah harus sangat waspada atas kemungkinan serangan siber lanjutan karena sistem keamanan BI, diakui sebagai salah satu yang tercanggih pada sektor publik di Indonesia, ternyata juga rentan,” timpal dia.

Sementara dari sisi pengaruh kasus tersebut terhadap kepercayaan pasar sejauh ini, menurut Aji, seharusnya tidak terganggu. Sebab, kasusnya tidak berkaitan dengan data kritikal baik moneter maupun sistem pembayaran.

“Namun BI perlu proaktif meyakinkan publik agar tidak terjadi mispersepsi dan misinformasi di pasar,” imbuhnya seraya mewanti-wanti.

Sebelumnya, sebuah unggahan di platform Twitter menunjukkan adanya upaya serangan siber berupa ransomware yang menyasar BI. Unggahan itu dibuat oleh akun bernama DarkTracer pada Kamis (20/1/2022). Dalam cuitannya, DarkTracer mengunggah tangkapan layar file berisi data yang berhasil ditutupi oleh ransomware Conti.

Terkait unggahan tersebut, Kepala Departemen Komunikasi BI, Erwin Haryono membenarkan adanya upaya serangan ransomware pada bulan lalu. Meski begitu, bank sentral memastikan tidak ada data strategis yang terdampak atau berhasil diretas. “Bank Indonesia menyadari adanya upaya peretasan berupa ransomware pada bulan lalu. Tidak ada data yang diretas,” ujarnya.

BI telah melakukan asesmen terhadap serangan tersebut dengan melakukan pemulihan, audit, dan mitigasi agar serangan tersebut tidak terulang dengan menjalankan protokol mitigasi gangguan IT yang telah ditetapkan.

“Bank Indonesia senantiasa berupaya meningkatkan ketahanan sistem informasi untuk mencegah serangan siber dalam bentuk apapun, termasuk serangan peretasan yang dapat menganggu pelaksanaan tugas Bank Indonesia,” tuturnya.

Guna memastikan keamanan layanan sistem pembayaran ke depan, BI akan senantiasa melaksanakan pengujian terhadap seluruh infrastrukturnya. Selain itu, BI terus berkoordinasi dengan peserta sistem pembayaran, guna memastikan optimalnya kegiatan sistem pembayaran.

“Bank Indonesia memastikan bahwa layanan operasional Bank Indonesia tetap terkendali dalam mendukung kegiatan ekonomi masyarakat,” ucap Erwin.

Asal tahu saja, ransomware adalah jenis perangkat lunak perusak (malware) yang menargetkan perangkat keras untuk memperoleh informasi berharga pengguna dan mengenkripsi semua data yang ditemukannya, lalu mengunci file yang memuat data tersebut.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button