Aksi demo besar-besaran menolak pengesahan RUU Pilkada bertajuk ‘Darurat Indonesia’ membuat nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS (US$) langsung rontok.
Mengacu Refinitiv, kurs rupiah di pembukaan perdagangan Kamis pagi (22/8/2024), berada di level Rp15.000/US$. Atau merosot 0,13 persen ketimbang penutupan perdagangan Rabu (21/8) senilai Rp15.480/US$.
Mendekati pukul 11.00 WIB, posisi rupiah semakin ‘ndelosor’ ke level Rp15.565-15.580/US$. Atau terjadi penurunan 0,55-0,65 persen.
Kepala Departemen Pengelolaan Moneter dan Aset Sekuritas Bank Indonesia (BI), Edi Susianto mengakui kurs rupiah mengalami kontraksi pada hari ini. Bisa jadi karena itu tadi, aksi demo melawan tirani DPR yang kebelet menggolkan RUU Pilkada.
“Terkait demo, memang pelaku pasar mencermatinya. Tetapi mudah-mudahan kondisinya manageable,” papar Edi, Kamis (22/8/2024).
Meski mengalami koreksi, Edi meyakini, tidak akan berlangsung lama. Diprediksikan, rupiah akan kembali ‘berotot’ ke level di bawah Rp15.500 per US$. “Yang koreksi sebagian besar pelaku asing hot money yang mungkin profit taking dulu untuk sementara,” kata Edi.
Perkembangan di parlemen, DPR akhirnya menunda agenda pengesahan RUU Pilkada. Bisa jadi melihat besarnya eskalasi massa yang dikhawatirkan berdampak buruk. Namun ingat, DPR hanya menunda bukan membatalkan agenda pengesahan.
Ketika seluruh elemen masyarakat penolak RUU Pilkada yang isinya berlawanan dengan keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) No 60 dan 70 Tahun 2024 itu, lengah, DPR bisa saja langsung mengetok palu.
Di DPR, sayangnya hanya satu fraksi yang konsisten menolak pengesahan RUU Pilkada yakni PDIP. Bisa dipastikan, kekuatan PDIP di DPR tak cukup memadai untuk melawan dominasi fraksi pendukung RUU Pilkada.