Dendam Garuda Terbalas, Harapan Terjaga, Mimpi Itu Hidup Lagi!


Suasana di Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK), Senayan, Jakarta malam itu begitu meriah. Dentuman drum, nyanyian dari ribuan suporter, serta lautan merah menyala, menjadi pemandangan yang sulit digambarkan dengan kata-kata. 

Sebanyak 69.599 pasang mata hadir, bukan sekadar menyaksikan laga, namun seolah ikut bertarung lewat nyanyian dan tepukan tangan. Atmosfer yang membara ini menjadi bukti, animo suporter Garuda tak luntur, meski lima hari sebelumnya Timnas Indonesia baru saja dihantam Australia 1-5.

Malam itu, laga melawan Bahrain bukan hanya tentang tiga angka. Satu kesalahan saja bisa mengerdilkan mimpi ke Piala Dunia 2026.  Hasil imbang, apalagi kekalahan, akan membuat jalan semakin terjal. Beruntung, para penggawa Garuda tahu, mereka tak boleh menyerah.

Sebelum wasit asal Tajikistan, Sadullo Gulmurodi, meniup peluit tanda dimulainya laga, dua basis suporter Garuda sudah ‘bertanding’ lebih dulu. La Grande Indonesia menampilkan tifo Garuda raksasa berwarna kuning keemasan dengan latar biru, lengkap dengan perisai bertuliskan 45 di dada. 

Di bawahnya, tulisan besar terbentang, ‘Show Your Dignity’ atau ‘Tunjukkan Martabatmu’, sebuah pesan yang ditujukan bagi para penggawa Garuda. Sementara itu, di sisi lain, Ultras Garuda memperlihatkan koreografi bertuliskan ‘Must Win’, seolah mengirimkan pesan penuh harap: tidak ada pilihan lain selain kemenangan. 

Di sampingnya, tergambar sosok Joker, yang dipercaya sebagai simbol seseorang yang tersakiti bisa berubah menjadi sosok yang kejam. Sebuah pesan tersirat, agar Timnas Indonesia menjadi ‘jahat’ di lapangan, menghabisi lawan dengan kemenangan. 

Malam itu, seisi stadion larut dalam euforia. Namun, suasana berbeda tentu dirasakan Bahrain, tim yang belakangan menjelma menjadi ‘musuh baru’ bagi pecinta sepak bola Tanah Air.

Bagaimana tidak, bayang-bayang hasil imbang kontroversial di Riffa masih membekas. Sebuah luka yang terasa sulit untuk dilupakan, dan menjadi dendam yang menuntut pelunasan.

Aroma dendam itu pun sudah terasa sejak kedua tim melangkah ke lapangan. Cemoohan membahana, disertai sayup-sayup ejekan yang mengalir deras ke arah lawan