Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) Sudaryono, menegaskan, Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka, punya cita-cita luhur yang perlu dukungan banyak pihak. Mewujudkan swasembada pangan di Indonesia.
“Swasembada pangan bukan hanya tentang beras, tapi juga komoditas lain. Kita mulai dengan beras sebagai bahan pokok utama. Dalam sektor pertanian, kita pastikan semua komponen seperti pupuk, penyuluh, irigasi, dan benih sudah beres,” kata Mas Dar, sapaan akrab Wamentan Sudaryono di Jakarta, Sabtu (25/1/2025).
Dia menegaskan, pemerintahan Presiden Prabowo berkomitmen untuk membenahi sektor pertanian di Indonesia. Sehingga jangan terkejut jika sektor ini mengalami kemajuan yang cukup signifikan.
Mas Dar menyatakan, pemerintah tengah bekerja keras untuk memastikan komoditas pangan utama Indonesia dapat dipenuhi dari dalam negeri tanpa bergantung pada impor.
“Beras, Insha Allah, tahun ini selesai. Jagung selesai, gula selesai. Selanjutnya, kita fokus ke komoditas lain yang masih impor seperti susu, daging, bawang putih, atau kedelai. Sesuai arahan Bapak Presiden, semuanya akan kita selesaikan,” ujar Mas Dar dalam acara Event Special 3 Bulan Prabowo-Gibran di Universitas Pertahanan (Unhan), Bogor, Jawa Barat.
Dia menambahkan, sebagai bagian dari upaya mewujudkan kedaulatan pangan, pemerintah telah mengimplementasikan kebijakan strategis, antara lain meningkatkan distribusi pupuk, menyediakan benih gratis, serta menyalurkan alat dan mesin pertanian (alsintan) secara merata ke seluruh wilayah.
Pembenahan sektor pertanian, kata dia, tidak hanya berfokus pada beras, tetapi juga pada komoditas pangan lainnya. Pemerintah juga menargetkan, Indonesia tidak hanya mencapai swasembada, tetapi juga menjadi eksportir dan lumbung pangan dunia.
Dengan berbagai potensi yang dimiliki, pihaknya optimistis Indonesia mampu menjadi lumbung pangan dunia.
“Setelah mencapai swasembada, kita ingin menjadi eksportir dan lumbung pangan, tidak hanya untuk kebutuhan rakyat Indonesia, tetapi juga bagi dunia. Dengan potensi besar dari segi penduduk, geografis, dan geopolitik, Indonesia harus menjadi pusat pangan dunia,” tuturnya.
Dia mengungkapkan, dalam kurun waktu tiga bulan pemerintahan Prabowo-Gibran, hasil positif mulai terasa. Di mana, produksi pangan nasional menunjukkan peningkatan yang signifikan. Sehingga hal tersebut berpotensi mengurangi ketergantungan Indonesia pada impor.
“Dampaknya sudah terasa. Produksi kita naik, dan karena Indonesia tidak lagi mengimpor, harga beras dunia turun drastis. Sebelumnya, kita adalah importir terbesar, tetapi sekarang kita mandiri,” ungkapnya.
Namun, Mas Dar juga mengingatkan adanya pekerjaan rumah (PR) yang harus segera diselesaikan. Terutama terkait kesiapan Perum Bulog dalam menyerap gabah selama panen raya, sesuai dengan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) yang ditetapkan Rp6.500 per kilogram.
“PR kita saat ini adalah kesiapan Bulog dalam menyerap gabah selama panen raya, sesuai dengan instruksi Presiden. HPP-nya sebesar Rp6.500, dan ini harus dijalankan dengan optimal,” ucap Mas Dar.