Market

Di Garuda Chairul Tanjung Menderita, Untung Masih Punya Bank Mega

Konglomerat Chairul Tanjung jodoh bisnisnya di perbankan. Terbukti, PT Bank Mega Tbk (MEGA) miliknya meraup untung besar sepanjang 2021. Padahal, ekonomi belum pulih-pulih benar.

Berdasarkan laporan keuangan MEGA yang dipublikasi di Jakarta, Kamis (3/2/2022), Bank Mega berkinerja moncer sepanjang 2021. Perbankan milik konglomerat Chairul Tanjung ini meraup laba bersih Rp4 triliun, atau meningkat 33,3% ketimbang 2020.

Mungkin anda suka

Sekedar mengingatkan, pada 2020, laba bersih Bank Mega mencapai dari Rp3 triliun. Pertumbuhan net profit ini sejalan dengan peningkatan pendapatan bunga bersih atau net interest income (NII) Bank Mega yang naik 23% (yoy) dari Rp3,9 triliun menjadi Rp4,8 triliun.

Selain itu, pendapatan provisi dan komisi bank ini juga meningkat baik sebesar 31,25% (yoy) dari Rp1,61 triliun menjadi Rp2,1 triliun. Kredit Bank Mega juga tumbuh melampaui industri. Di mana, Bank Mega membukukan kredit sebesar Rp60,74 triliun. Lagi-lagi, kredit perbankan ini tumbuh 25% (yoy) dari Rp48,48 triliun yang dicetak pada 2020.

Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) meningkat 24,8% (yoy) menjadi Rp98,89 triliun dari Rp79,18 triliun pada 2020. Adapun kualitas aset bank ini masih terjaga baik. Rasio kredit bermasalah atawa non performing loan (NPL) gross ada di level 1,12%, turun dari 1,39% pada 2020. NPL net turun dari 1,07% menjadi 10,81%.

Intinya, CT, sapaan akrab Chairul Tanjung beruntung punya Bank Mega. Namun, beda nasib dengan investasi pengusaha anak singkong ini di PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk yang jeblok. Lantaran, maskapai penerbangan pelat merah ini dirundung utang super jumbo.

Per Desember 2020, CT melalui Trans Airways mengempit saham garuda sebanyak 25,81 persen. Kedua terbesar setelah pemerintah yang menggenggam 60,54%.

Beberapa waktu lalu, mantan perwakilan CT di Garuda Indonesia, Peter Frans Gontha, menjelaskan posisi saham dan kerugian Trans Airways. Dia menyebut, investasi CT di Garuda mencapai US$350 juta dengan porsi saham 28 persen. Masih menurut Peter, saat CT beli saham Garuda dibanderol Rp620 per lembar. Kini, saham Garuda anjlok terus hingga di kisaran Rp200-an.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Iwan Purwantono

Mati dengan kenangan, bukan mimpi
Back to top button