Market

Ekonomi 2024 Makin Berat, Perbankan Khawatirkan Kredit Macet


Tahun depan, industri perbankan dihadapkan kepada masalah pahit, yakni kenaikan kredit macet atau Non Performing Loan (NPL). Karena, ekonomi 2024 bakal lebih berat ketimbang tahun ini.

Chief Economist BRI, Anton Hendranata menyebutkan, tahun depan, kemungkinan terjadinya perlambatan daya beli dan penurunan pendapatan masyarakat, cukup terbuka. Alhasil, mengganggu kemampuan bayar debitur.

Anton mengatakan, potensi kredit macet di perbankan cenderung meningkat, menjadi keniscayaan. Didorong kolektibilitas kredit perbankan yang berada dalam pengawasan khusus dan kredit kurang lancar naik menjadi macet.

“Tren NPL perbankan memang menurun. Namun ada tren kenaikan kolektabilitas 2 dalam pengawasan khusus dan Kol-3 yang kurang lancar yang cenderung meningkat. Kalau perbankan salah strategi, maka ini bisa mendorong NPL naik,” kata Anton, dikutip Sabtu (16/12/2023).

Berdasarkan catatan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), rasio kredit bermasalah perbankan sendiri menunjukkan tren penurunan secara keseluruhan dari tahun ke tahun, meski sempat mengalami perlambatan di beberapa bulan ke belakang. Data menunjukkan pada 2021, tingkat Non-Performing Loan (NPL) mencapai 3%.

Pada akhir 2022, angkanya mengalami penurunan menjadi 2,58%. Namun, pada awal 2023, NPL kembali mengalami lonjakan, mencapai 2,59% pada Januari, lalu Februari turun menjadi 2,58%.

Kemudian, pada Maret, NPL mencapai 2,49%. Satu bulan setelahnya, yakni April naik menjadi 2,53% dan menyusut sedikit menjadi 2,52% pada Mei.

Selanjutnya, NPL Juni mencatat penurunan lebih dalam menjadi 2,44% dan Juli meroket menjadi 2,51%.

Sementara itu, NPL Agustus berada di level 2,5% dan September hingga Oktober kembali turun, masing-masing menjadi 2,43% dan terakhir 2,42%.

Capaian Oktober 2023 sendiri susut sebesar30 basis poin dibanding periode tahun lalu yang menyentuh 2,72%. Adapun, sejumlah perbankan terus mengatur strategi dalam menekan rasio kredit bermasalah.

Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Sunarso mengatakan, saat ini, BRI fokus kepada percepatan penyelesaian atas portofolio pinjaman yang berstatus restrukturisasi karena Covid-19.

“Kita melakukan berbagai upaya secara prudent dalam membersihkan kredit bermasalah, karena dampak pada Covid-19,” kata Sunarso. 

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button