News

Dianggap Pansos, PSI Ungkap Alasan Menggaungkan Paham Jokowisme

Politikus Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Ade Armando mengungkapkan alasan mengapa partainya mengusung paham Jokowisme. Mantan dosen FISIP Universitas Indonesia itu menegaskan bahwa Jokowisme bukan berfokus pada sosok Presiden Joko Widodo (Jokowi) melainkan ide-ide hingga tindakan dari orang nomor satu di RI itu.

“PSI ingin menunjukkan bahwa Jokowi itu bukan sekadar sosok manusianya yang kami dukung. Kami mendukung Jokowi itu bukan semata-semata as a person, yang perlu didukung pada Jokowi adalah gagasan-gagasan yang dia lontarkan, yang dia kembangkan, yang gagasan-gagasan ini harus hidup terus sampai kalau pun beliau harus turun dari kursi kepresidenannya,” jelas Ade Armando kepada Inilah.com di Jakarta, (26/5/2023).

Dia melanjutkan, salah satu aspek yang menurut PSI patut terus dikembangkan dari Jokowisme oleh presiden selanjutnya bagaimana keberanian pemimpin saat memperjuangkan kepentingan Tanah Air di kancah internasional.

Ade mencontohkan, ketika Jokowi memutuskan berfokus hilirisasi nikel yang akhirnya memicu gugatan dari Uni Eropa. “Pak Jokowi mengatakan, kita lawan terus demi NKRI, demi keperluan rakyat Indonesia,” sambung Ade.

Ia menyebut, PSI mengampanyekan paham Jokowisme ini sebenarnya untuk menunjukan kepada rakyat Indonesia, khususnya generasi muda, bahwa Tanah Air membutuhkan pemimpin yang berani. Bukan hanya presiden saja, menteri hingga pejabat publik tingkat kota menurut Ade perlu menerapkan paham tersebut, karena esensi utama dari Jokowisme adalah kepentingan rakyat menjadi prioritas.

“Jadi ini adalah sebuah -isme cara berpikir, cara pandang yang menomorsatukan kepentingan rakyat Indonesia dibandingkan kepentingan-kepentingan lainnya, apalagi kepentingan partai,” tambahnya.

Sebelumnya, Pengamat politik Universitas Paramadina, Ahmad Khoirul Umam mengatakan gagasan Jokowisme yang digagas oleh Partai Solidaritas Indonesia (PSI) adalah bentuk panjat sosial alias pansos, mengharapkan efek elektoral dari Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Khoirul berpendapat, langkah PSI ini justru akan merugikan Jokowi, dan tidak menutup kemungkinan juga merugikan PDIP, partai tempat Jokowi bernaung.

“PSI dianggap memanfaat efek elektoral Jokowi, yang disaat yang sama menggerus suara PDIP. Dampaknya, ada potensi koreksi elektabilitas di PDIP sebagai rumah politiknya akibat gerusan manuver itu, yang tentu akan memantik pergerakan PDIP untuk melancarkan pre-emptive strike,” kata Khoirul saat dihubungi Inilah.com, Jakarta, Jumat (26/5/2023).

Menurut dia, ide tersebut perlu dipertimbangkan. Akan lebih menarik, bila diwujudkan dalam bentuk langkah politik yang konkret. Khoirul melihat gagasan tersebut belum terkonsep dengan baik.

“Lebih kongkretnya dibawa kedalam konteks pendirian partai politik yang memang menempatkan pak Jokowi sebagai patron client-nya,” imbuhnya menambahkan.

Dengan demikian, gagasan ini menegaskan bahwa kepemimpinan Giring Ganesha selaku Ketua Umum PSI, patut dipertanyakan. Ia menyarankan, Giring untuk merubah gaya berpolitiknya.

Giring sebagai seorang politikus, belum menunjukkan karakter yang matang. Pola komunikasi politik yang digunakan, sambung dia, masih cenderung berusaha menciptakan sensasi dan ledakan isu, dengan statement-statement kritis dan suara sumbang terhadap isu yang sedang menjadi perhatian.

“Jika Giring masih terus mengandalkan serangan-serangan politik yang basisnya kebencian dan asal beda kepada lawan politiknya , itu akan kontraproduktif,” kata Khoirul kepada Inilah.com di Jakarta, Jumat (26/5/2023).

Khoirul berpendapat, sudah saatnya PSI dipimpin oleh figur muda yang lebih matang dan paham berpolitik. “Sebagai alternatif, sudah saatnya figur muda yang lebih matang dari PSI, seperti Raja Juli Antoni, bisa mengambil alih peran nahkoda partai. Raja Juli yang juga mantan Sekjen PSI adalah doktor ilmu politik dari School of Political Science & International Studies, The University of Queensland, Australia,” tegasnya.

“Ataupun sosok lainnya yang dinilai mempunyai kapasitas dan kredibilitas kepemimpinan yang lebih kuat untuk PSI kedepan agar lebih baik,” tandas dia.

Diketahui, gagasan Jokowisme dicetuskan oleh PSI melalui akun Instagram resminya. Dalam keterangan utasan tersebut, menyatakan gagasan ini merupakan sebuah paham progresivitas Indonesia menuju sebuah negara bangsa yang maju, berkeadilan, dan berdaulat dalam makna yang sesungguhnya.

Seluruh pendukung Jokowi pun diajak melalui unggahan tersebut untuk menggemakan sebuah paham yang disebut Jokowisme. Dalam penjelasannya soal gagasan ini, diterangkan bahwa Jokowisme berarti kemajuan Indonesia yang merata. Dijabarkan juga soal capaian pemerintahan Jokowi terkait pembangunan ekonomi.

“Baru di era Jokowi orientasi pembangunan Indonesia tidak lagi Jawa-sentris melainkan Indonesia sentris. Tercatat, Indonesia telah menyelesaikan 66 Proyek Strategis Nasional (PSN) dalam kurun 2019-2021 di mana distribusinya memperhatikan prinsip 3T (Tertinggal, Terdepan dan Terluar). Maka nggak heran rasio nilai investasi PSN terhadap jumlah penduduk yang paling tinggi berada di Indonesia Timur, merujuk pada data Kemenko Ekonomi RI,” tulis utasan tersebut, dikutip Minggu (14/5/2023).

Utasan itu juga menjelaskan bahwa pembangunan berorientasi Indonesia sentris ini sudah berbuah manis. Jokowisme, sambung keterangan itu, bukan hanya soal sosok Presiden Jokowi.

“Jokowisme adalah sebuah paham, sebuah gagasan. Jokowisme adalah sebuah ide besar tentang Indonesia yang hebat, Indonesia yang maju, Tanah Air yang membanggakan. Itu lah Jokowisme,” tutup keterangan itu.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button